*

*

Ads

FB

Kamis, 14 Juli 2016

Pedang Kayu Harum Jilid 058

"Cia Keng Hong telah memperkosa murid Hoa-san-pai yang bernama Sim Ciang Bi kemudian membunuhnya, disaksikan oleh adik korban yang kini hadir, Sim Lai Sek" kata Coa Kiu tokoh Hoa-san-pai. "Dosa yang keji itu harus ditebus dengan hukuman kematian bagi pemuda jahat ini!"

"Cia Keng Hong memperkosa dua orang murid wanita kami lalu membunuh mereka, juga membunuh sute kami Kok Cin Cu dan beberapa orang anak murid Kong-thong-pai. Dosanya lebih besar lagi terhadap kami dan biarpun dia mati sepuluh kali masih belum dapat menebus dosanya !" kata Kok Sian Cu.

"Dia telah membunuh banyak anak murid kami dari Tiat-ciang-pang. Dia harus kami hukum mati demi menjaga nama besar kami yang diinjak-injaknya!"

Hening sejenak setelah tiga orang wakil tiga partai besar ini menjatuhkan tuduhannya dan semua mata memandang Keng Hong yang masih menundukkan muka.

"Cia keng Hong, bagaimana engkau menjawab tuduhan-tuduhan para Locinpwe ini ?"

Kiang Tojin bertanya, suaranya mengandung getaran karena hatinya merasa berduka sekali. Ia merasa berduka kalau-kalau semua tuduhan itu benar dan anak yang disayangnya itu benar-benar telah mewarisi watak suhunya, yaitu suka mempermainkan wanita dan sudah turun tangan membunuh orang. Hanya dia terkejut dan ragu mendengar bahwa Keng Hong juga membunuh Kok Cin Cu yang dianggapnya tak mungkin terjadi. Ia tahu siapa Kok Cin Cu, orang yang tingkat kepandaiannya sudah amat tinggi, tentu takkan dapat dikalahkan oleh Keng Hong. Ia merasa khawatir sekali karena kalau yang dituduhkan itu benar-benar, alangkah berat dosa pemuda ini dan amat tidak baik kalau dia atau Kun-lun-pai hendak melindunginya.

Andai kata tokoh-tokoh kang-ouw hendak mengganggu Keng Hong karena perbuatan-perbuatan Sin-jiu Kiam-Ong, tentu dia akan membela Keng Hong. Akan tetapi kalau yang dituntut adalah perbuatan-perbuatan pemuda ini sendiri, tak mungkin dia dapat mencampurinya.

Cia Keng Hong menggeleng kepalanya dan menjawab dengan suara tenang namun tegas,

"Semua tuduhan yang dijatuhkan kepada saya itu adalah fitnah yang tidak benar! Saya tidak memperkosa Sim Ciang Bi anak murid Hoa-san-pai itu, karena hubungan antara kami adalah atas dasar suka rela, dan saya pun tidak membunuhnya, biar pun ada saksi yang menjatuhkan fitnah palsu. Saya tidak membunuh Sim Ciang Bi! Mengenai urusan dengan Kong-thong-pai, Kok Cin Cu totiang tidak mati oleh tangan saya. Dua orang murid wanita Kong-thong-pai yang dimaksudkan tentulah Kiu Bwee Ceng dan Tang Swat Si seperti juga Sim Ciang Bi murid Hoa-san-pai, mereka berdua ini pun amat baik kepada saya dan hubungan di antara kami berdasarkan suka sama suka, tidak ada perkosaan sama sekali. Yang membunuh mereka dan para saudara seperguruan mereka dengan racun juga bukan saya. Demikian pula urusan dengan Tiat-ciang-pang. Mereka itu mengeroyok saya yang hanya membela diri, dan sebagian di antara mereka tewas oleh senjata rahsia juga bukan oleh tangan saya !"

"Wah-wah-wah, pengecut! Berani berbuat tidak berani bertanggung jawab!" bentak Coa Kiu, seorang di antara Hoa-san Siang-sin-kiam marah. "Kalau engkau tidak mengaku membunuh mereka semua, akan tetapi buktinya mereka itu mati, habis apakah hendak kau katakan bahwa mereka itu telah membunuh diri mereka sendiri?"






"Keng Hong ! Hendakkah menyangkal bahwa ciciku mati dalam pelukanmu ?" Sim Lai Sek membentak marah.

"Semua penduduk dusun melihat betapa anak murid kami yang wanita engkau perkosa dan kemudian semua anak murid kami itu kau beri racun !" bentak pula Kok Sian Cu.

Keng Hong melirik ke kiri dan kini dia melihat Sie Biauw Eng yang sejak tadi telah siuman dan mendengar semua persidangan yang mengadili Keng Hong itu. Ia melihat betapa Biauw Eng menundukkan muka dengan alis berkerut, wajah jelita itu kelihatan berduka sekali. Hemmm, wajah palsu, pikirnya ! Engkaulah yang mendatangkan semua malapetaka kepadaku, dan kau masih berpura-pura dengan sikap alim berpura-pura seperti orang berduka!

Teringat betapa Sim Ciang Bi mengejang dengan tubuh masih hangat di pelukannya, terbunuh secara keji oleh Biauw Eng, dan teringat pula betapa Kiu Bwee Ceng dan Tang Swat Si yang amat mencintainya juga mati oleh racun Biauw Eng, seketika kemarahan Keng Hong melenyapkan rasa kasihnya yang aneh terhadap gadis itu dan dia menjadi benci, benci sekali! Tiba-tiba Keng Hong meloncat ke kiri dan menyambar tubuh Biauw Eng, dipegangnya lengan gadis itu dan diseretnya di depan Kiang Tojin sambil berseru keras.

"Inilah dia manusianya yang membunuh mereka semua! Inilah Song-bun Siu-li puteri lam-hai Sin-ni yang berkepandaian tinggi dan berwajah jelita namun berhati iblis! Dialah yang telah membunuh Sim Ciang Bi dengan darah dingin, meracuni murid-murid Tiat-ciang-pang dengan senjata rahasianya! Dia melakukan semua itu karena cemburu, karena iri hati, karena... Karena hatinya yang ganas liar dan kejam!"

Semua orang tercegang memandang kepada Biauw Eng yang menudukkan mukanya yang menjadi pucat sekali. Suasana menjadi sunyi senyap dan Kiang Tojin memandang wajah yang menunduk itu penuh perhatian. Ia percaya akan keterangan Keng Hong berdasarkan pengetahuannya bahwa keng Hong tidak memiliki watak atau dasar watak jahat dan kejam.

Sebaliknya, biarpun dia belum mengenal kepribadian Song-bun Siu-li, akan tetapi mengingat bahwa gadis ini puteri Lam-hai Sin-ni yang terkenal sebagai tokoh nomor satu dari Bu-tek Su-kwi (Empat Iblis Tanpa Tandingan), tidak akan mengherankan kalau gadis yang kelihatan cantik jelita dan dingan seperti salju ini memiliki watak iblis seperti ibunya.

"Cia Keng Hong, engkau yang dijatuhi tuduhan, mengapa engaku menimpakannya kepada orang-lain?"

Kiang Tojin pura-pura mencela, padahal kehendak hatinya ialah memancing agar tuduhan Keng Hong itu dapat diperkuat.

"Maaf, totiang. Saya sama sekali tidak menuduh sembarangan, bukan menuduh karena saya takut menghadapi hukuman. Biar dihukum mati sekalipun, kalau memang saya bersalah, saya tidak akan gentar dan siap mempertanggung jawabkan perbuatan saya. Akan tetapi sesungguhnya bukan saya melainkan perempuan iblis inilah yang melakukan pembunuhan-pembunuhan keji, curang dan pengecut itu. Kalau Totiang tidak percaya, harap bertanya kepadanya dan ingin sekali saya mendengar apa yang akan dijawabnya."

Memang Keng hong ingin sekali mendengar jawaban Biauw Eng. Ketika gadis ini tadi membelanya pada waktu dia dikeroyok orang-orang sakti dan dia melancarkan tuduhannya, gadis ini menyangkal. Sekarang, di dalam sidang pengadilan didepan orang-orang sakti, bagaimana gadis ini akan dapat menyangkal pula? Bukti-buktinya sudah cukup lengkap, yaitu senjata-senjata rahasianya, dan saksi-saksinya juga sudah banyak, terutama sekali dia yang menjadi saksi utama karena beberapa kali dia melihat gadis baju putih ini berkelebat pergi setiap ada pembunuhan-pembunuhan itu dan masih teringat olehnya, bahkan masih terasa belaian-belaian kasih sayang penuh nafsu dari gadis baju putih yang kelihatannya dingin dan alim ini!

"Nona, jawablah apakah semua yang dikatakan Cia Keng Hong itu benar? Apakah benar Nona yang membunuh murid-murid Hoa-san-pai, Kong-thong-pai dan Tiat-ciang-pang?"

Biauw Eng memandang kepada Keng Hong dengan muka pucat, sinar matanya berduka sekali, bibirnya bergerak-gerak dan gemetar seperti wanita kalau hendak menangis. Akan tetapi gadis yang keras hati ini cepat menggigit bibirnya yang bawah sehingga tampak kilatan gigi putih disusul warna merah karena bibir bawahnya pecah tergigit!

Agaknya dengan kekerasan hati Biauw Eng hendak mengeluarkan kata-kata yang kemudian ditekan dan ditahannya sendiri dengan gigitan pada bibirnya. Wajahnya tidak pucat lagi, bahkan mulai menjadi kemerahan, sinar matanya menyapu semua orang yang hadir disitu, kemudian memandang Kiang Tojin dan sejenak sinar mata kedua orang itu bertemu.

Dalam detik pertemuan sinar mata itu, keduanya seperti orang bermufakat dan saling maklum bahwa masing-masing merasa suka dan mengandung hati kasih sayang terhadap Keng Hong! Akan tetapi hanya sedetik saja pertemuan getaran perasaan ini dan terdengarlah suara Biauw Eng nyaring dan tetap, sedikit pun tidak gemetar dan ia sudah bangkit berdiri.

"Yang bersalah dihukum, yang tidak bersalah dibebaskan. Itu sudah sewajarnya maka saya minta kepada cu-wi sekalian untuk membebaskan Keng Hong ! Dia tidak bersalah karena benar seperti yang dikatakannya, semua pembunuhan itu akulah yang melakukannya! Dan aku siap menerima hukuman, akan tetapi Keng Hong harus dibebaskan sekarang juga!'

Keng Hong memandang gadis itu dengan sinar mata tajam. Begitu Biauw Eng mengucapkan pengakuannya, sungguh heran sekali, kebenciannya menghilang dan dia kini memandang penuh kekhawatiran! Gadis itu jelas telah mengucapkan keputusan kematian sendiri! Kiang Tojin menghadapi para tokoh tiga buah partai persilatan besar itu dan berkata,

"Nah, cu-wi telah mendengar sendiri pengakuan Song-bun Siu-li dan berarti bahwa Keng Hong tidak bersalah dalam urusan ini. Kalau dia membela diri ketika diserang dan dikeroyok sehingga jatuh korban di antara para pengeroyok, amatlah tidak adil kalu dia dipersalahkan .Terserah cu-wi sekalian sekarang, apa yang akan cu-wi lakukan kepada yang bersalah."

"Perempuan iblis ini harus dibinasakan!" bentak Tiat-ciang Ouw Beng Kok, menghantam dengan tangan bajanya yang kiri ke arah kepala Biauw Eng.

Juga Coa Kiu sudah menggerakkan pedangnya menyusul, sehingga tampak sinar terang dan suara mencuit ketika sinar pedang ini menyambar saat berikutnya Kok Sian Cu menggerakkan pula tongkat bambunya menusuk ke dada gadis itu.

Tiga serangan maut dari tiga tokoh kang ouw yang sakti ini datang secara beruntun dala detik-detik yang hampir bersamaan, Sedangkan Biauw Eng hanya menundukkan muka siap menerima datangnya maut. Ia sama sekali tidak menjadi gentar, matanya hanya ditujukan kepada Keng Hong dengan pandang mata sayu penuh kesedihan.

"Tidak! Jangan bunuh dia....!!"

Keng Hong berseru keras dan dia pun menubruk maju menghadang di depan Biauw Eng sambil menggerakkan tangan mendorong ke depan dengan maksud melindungi gadis ini.

Karena pukulan Tiat-ciang Ouw Beng Kok datang lebih dahulu, maka pukulan tangan baja inilah yang bertemu dengan tangan Keng Hong sehingga terdengar suara keras dan tubuh Ouw Beng Kok terjengkang ke belakang, juga Keng Hong terbanting ke kiri!

"Tak boleh melakukan pembunuhan di sini!" terdengar suara halus dan sinar pedang Coa Kiu yang sudah meluncur dekat dan kini mengancam Keng Hong karena tubuh Keng Hong masih menutupi tubuh Biauw Eng, tiba-tiba terpental ketika tertangkis tongkat di tangan Thian Seng Cinjin.

Tongkat bambu di tangan Kok Sian Cu lihai sekali. Biarpun ada tubuh Keng Hong yang menghadang, namun tongkat itu dapat meliuk melalui punggung Keng Hong dan langsung menukik dan menusuk ke arah dada Biauw Eng.

"Trakkk!"

Tongkat bambu ditangan orang tertua dari Kong-thong Ngo-lojin itu menyeleweng dan menghantam lantai sehingga membuat lantai itu berlubang!

"Hi-hi-hik, segala kacoa berani lancang tangan hendak membunuh puteriku?"

Tiba-tiba saja Lam-hai Sin-ni sudah berada di situ sehingga mengejutkan semua orang. Pukulan jarak jauh yang sudah berhasil menangkis tongkat bambu di tangan Kok Sin Cu ini benar-benar mengejutkan dan mengagumkan. Lam-hai Sin-ni memandang puterinya dan berkata dengan suara gemetar.

"Eng-ji....ah, Eng-ji.., mengapa engkau begini lemah? Mengapa engkau menyia-nyiakan nyawa untuk kau korbankan? Begitu murahkah nyawamu kau korbankan untuk seorang pria berhati palsu macam Keng Hong ini..?"

Biauw Eng terisak.
"Ibu .. aku cinta kepadanya, Ibu.."

Lam-hai Sin-ni membanting kakiknya,
"Bodoh! Lemah...! Ah, Sie Cun Hong, setelah engkau menghancurkan hatiku, mengapa kini muridmu yang hendak merusak kebahagiaan puteriku dan puterimu?"

"Lam-hai Sin-ni , puterimu telah berhutang nyawa kepada kami, harus di tebus dengan nyawanya pula!" Kok Kim Cu berseru marah melihat munculnya tokoh utama dari Bu-tek Su -kwi ini.

"Benar, dia harus dibinasakan!" bentak pula Coa Kiu dan Coa Bu. "Biarpun Lam-hai Sin-ni sendiri, tidak boleh melindungi puterinya yang berhutang nyawa penasaran murid-murid kami!" bentak pula tiat-ciang Ouw Beng Kok.

"Eh, eh, eh begitukah? Anakku hanya membela pemuda tak tahu diri itu, akan tetapi andai kata benar dia yang membunuhi murid-murid kalian yang tak berharga, habis kalian mau apa?"

Pedang Kayu Harum







Tidak ada komentar: