*

*

Ads

FB

Kamis, 14 Juli 2016

Pedang Kayu Harum Jilid 057

Semua orang sakti yang hadir tak dapat membantah kebenaran ucapan Kiang Tojin yang memang pada tempatnya. Sudah menjadi peraturan tak tertulis di dunia kang-ouw bahwa para tamu harus tunduk kepada peraturan tuan rumah. Mereka semua berada di wilayah Kun-lun-pai sebagai tamu-tamu yang tak di undang, dan mereka semua sudah mendengar akan perbuatan Keng Hong menipu para pimpinan Kun-lun-pai dengan menyerahkan Siang-bhok-kiam palsu. Hal ini menjadi buah tertawaan orang sedunia kang-ouw, tentu saja merupakan dosa besar pemuda itu terhadap Kun-lun-pai.

Kalau sekarang fihak Kun-lun-pai hendak menangkapnya dan pemuda itu berada di wilayah Kun-lun, tentu saja mereka berhak untuk mencegah. Didalam hati mereka timbul rasa tidak puas dan penasaran, akan tetapi karena mereka segan dan jerih terhadap Kun-lun-pai, mereka tidak berani membantah. Hanya Tiat-ciang Ouw Beng Kok yang menyatakan penasaran hatinya, namun juga dia bersikap halus terhadap Kiang Tojin. Ia menjura sebagai penghormatan lalu berkata.

"Toyu, apa yang Toyu ucapkan semuanya memang benar. Akan teapi, bocah itu telah membunuh banyak anak murid Tiat-ciang-pang, apakah kami tidak diberi kesempatan untuk menjatuhkan hukuman kepadanya?"

Pertanyaan ketuaTiat-ciang-pang ini membuka kesempatan kepada semua orang untuk mengatakan isi hati mereka dan ramailah mereka itu berkata susul-menyusul.

"Benar, dia telah membunuh banyak anak murid kami!"

"Dia telah memperkosa murid wanita kami dan membunuhnya!"

"Sin-jiu Kiam-ong masih berhutang kepada kami, sudah sepatutnya muridnya yang membayar hutangnya!"

"Gurunya mencuri kitab-kitab pusaka kami, muridnya yang harus mengembalikan!"

Kiang Tojin mengangkat kedua tangannya, minta agar mereka tidak ribut-ribut, kemudian berkata,

"Pinto mengetahui akan hal itu semua. Siapa yang bersalah harus dihukum, akan tetapi karena kita berada di wilayah kami, maka kamilah yang berhak untuk mgadili dia. Kami akan membawanya ke Kun-lun-pai dan akan mengadili Cia Keng Hong. Disana cu-wi boleh menjatuhkan tuduhan dan dia berhak membela dan baru kemudian diputuskan hukumannya secara adil. Pinto mengharap cu-wi sudah menyetujui dan ikut bersama kami ke Kun-lun-pai."

Tentu saja tidak ada yang dapat membantah kebenaran ucapan ini dan pada saat itu Keng Hong dan Biauw Eng siuman dari pingsannya. Ketika keng Hong membuka matanya dan melihat para tosu Kun-lun-pai, dia cepat menghampiri Tojin dan menjatuhkan diri berlutut.






"Teecu Cia Keng Hong siap untuk menerima pengadilan !"

"Cia Keng Hong, engkau harus ikut bersama kami di Kun-lun-pai. Dan engkau, Song-bun Siu-li, karena telah berani melanggar wilayah Kun-lun-pai dan menimbulkan keributan, engkau pun harus ikut untuk menerima pengadilan.”

Biauw Eng tidak menjawab dan agaknya tidak peduli karena dia sedang memandang ke arah Keng Hong dengan alis berkerut dan mata membayangkan kesedihan. Akan tetapi dia tidak membantah ketika dia digiring naik ke puncak Kun-lun-pai.

Sebetulnya, keputusan Kiang Tojin untuk menawan pula Biauw Eng ada rahasia atau latar belakangnya. Tosu ini tadi sudah mendengar akan tuduhan-tuduhan Keng Hong yang dilontarkan kepada gadis ini, karena dia ingin membawa gadis ini untuk memperingan dosa pemuda itu, Kalau tidak ada latar belakang ini , kiranya dia tidak begitu sembrono untuk menawan puteri Lam-hai Sin-ni hanya karena telah mendatangi wilayah Kun-lun-pai tanpa ijin!

Keng Hong berjalan sambil menundukkan muka, sama sekali tidak memperdulikan Biauw Eng yang berjalan di sebelahnya. Di dalam hatinya, dia berterima kasih sekali kepada Kiang Tojin karena biarpun tadi dia berada dalam keadaan pingsan, namun dia maklum bahwa sekiranya tidak ada Kiang Tojin disitu tentu sekarang nyawanya telah melayang ke akhirat.

Rasa terima kasih yang bertumpuk-tumpuk sejak dahulu terhadap tosu ini membuat dia tunduk dan menyerah, siap untuk melakukan segala perintah dan menerima segala hukuman yang dijatuhkan Kiang Tojin kepadanya.

Keng Hong dan Biauw Eng dibawa masuk ke dalam "ruangan pengadilan Kun-lun-pai" yang merupakan sebuah ruangan yang amat luas dengan lantai batu putih. Disitu telah menanti Thian Seng Cinjin ketua Kun-lun-pai dengan pakaian ketua yang sederhana dan agung dan berwibawa. Kakek tua ini telah diberi tahu lebih dulu sehingga dia menanti di situ.

Kiang Tojin dan enam orang sutenya lalu menjatuhkan diri berlutut dan Kiang Tojin melaporkan bahwa Cia Keng Hong telah ditangkap bersama Song-bun Siu-li yang melanggar wilayah Kun-lun-pai. Keng Hong telah pula menjatuhkan dirinya berlutut di depan ketua Kun-lunpai dengan sikap tenang.

Akan tetapi Biauw Eng tidak mau berlutut, juga tidak ada yang memaksanya, dan gadis ini duduk di atas bangku yang berada di situ. Tak seorangpun melarangnya karena betapapun juga, semua orang selain mengenal nama Song-bun Sin-li sebagai tokoh yang amat terkenal, juga nama besar Lam-hai Sin-ni membuat semua orang merasa jerih. Kalau tadi para tokoh mengeroyok dan hendak membunuh Biauw Eng adalah karena gadis itu membela Keng Hong. Para anak murid Kun-lun-pai yang lain menjaga di luar ruangan sidang pengadilan, bersikap menjaga segala kemungkinan.

Suasana disitu sunyi dan semua orang menanti ketua Kun-lun-pai membuka mulut. Thian Seng Cinjin hanya membalas penghormatan semua tamu dan mempersilakan mereka duduk dengan isyarat tangan yang digerakkan perlahan menuju ke arah bangku-bangku yang tersedia disitu.

"Suhu, setelah Cia Keng Hong terlepas dari tangan Ngo-sute dan Ji-sute (Adik seperguruan ke Lima dan ke Dua) teecu dapat menangkap dia di wilayah Kun-lun-pai, sedang dikeroyok oleh para sahabat yang datang dari partai-partai persilatan dan dunia kangouw yang menghendaki agar dilakukan pengadilan atas dirinya. Teecu menyerahkan kepada Suhu mohon keputusan."

Demikian antara lain Kiang Tojin melapor. Thian Seng Cinjin menghela napas.
"Siancai... kekacauan yang ditimbulkan oleh perbuatan mendiang Sin-jiu Kiam-ong dengan sepak terjangnya yang sesuka sendiri, dilanjutkan oleh muridnya. Muridku, pinto menyerahkan dan mewakiliku kepadamu untuk memulai persidangan pengadilan ini."

Kiang Tojin mengangguk, kemudian bersama enam orang sutenya lalu bangkit berdiri di belakang suhu mereka. Kiang Tojin lalu berkata kepada semua tamu.

"Cu-wi sekalian, sebelum kami mempersilakan cu-wi menjatuhkan tuduhan terhadap Cia Keng Hong, lebih dahulu kami akan menjatuhkan tuduhan kami, harap cu-wi menjadi saksi." Sejenak keadaan sunyi, kemudian Keng Hong yang masih berlutut dan menundukkan mukanya, lalu berkata, suaranya lantang dan tegas. "Cia Keng Hong! Kurang lebih setahun yang lalu engkau telah menyerahkan Siang-bhok-kiam yang kau serahkan itu adalah pedang palsu. Benarkah bahwa engkau telah menyerahkan pedang Siang-bhok-kiam palsu kepada kami?"

"Saya mengaku, memang pedang Siang-bhok-kiam yang saya serahkan kepada Totiang dahulu adalah pedang kayu palsu buatan saya sendiri."

"Jadi engkau mengaku bahwa engkau telah menipu Kun-lun-pai dan sengaja melakukan penghinaan agar Kun-lun-pai menjadi buah tertawaan orang sedunia ?"

"Sama sekali tidak!" Keng Hong mengangkat muka dan memandang KiangTojin dengan pandangan mata tajam dan penuh ketabahan. "Saya tidak bermaksud menyerahkan pedang palsu. Semenjak turun dari Kiam-kok-san, saya telah menbawa pedang palsu itu karena maklum bahwa banyak yang menghendaki pedang itu. Pedang Siang-bhok-kiam adalah milik suhu yang telah diwariskan kepada saya, mengapa orang lain hendak memintanya? Mengapa pula Kun-lun-pai hendak memintanya, bahwa hendak merampasnya dengan paksa? Adalah kesalahan Kun-lun-pai sendiri yang ikut-ikut menginginkan pedang itu sehingga karena terpaksa saya menyerahkan pedang yang saya bawa, pedang palsu buatan saya yang disangka Siang-bhok-kiam. Saya tidak merasa bersalah dalam penyerahan pedang itu, tidak merasa sengaja hendak menipu, hal itu terjadi karena kesalahan! Kun-lun-pai sendiri yang ingin memiliki benda kepunyaan orang lain!"

Suasana menjadi sunyi sekali setelah semua orang mendengar jawaban yang tak tersangka-sangka ini. Kemudian terdengar Kiu-bwe Tooanio nyaring melengking.

"Anak ini benar! Bukan salahnya ,karena memang pedang itu tidak seharusnya dirampas Kun-lun-pai! Pedang itu adalah hak kami bersama, kami orang-orang yang dibuat sakit hati oleh Sin-jiu Kiam-ong dan yang berhak untuk mendapatkan bagian dari pusaka peninggalannya. Pedang itu harus diserahkan kepada kami untuk kami pakai mencari pusaka itu dan kita bagi-bagi bersama. Ini baru adil namanya."

"Omitohud, ucapan Toanio tepat sekali. Pincang juga harus mendapatkan kembali dua buah kitab pusaka Siauw-lim-pai yang dicuri oleh Sin-jiu Kiam-ong, maka pedang itu harus diberikan kepada kami. Dalam hal itu, anak ini tidak bersalah terhadap Kun-lun-pai!" kata pula Thian Ti Hwesio tokoh Siauw-lim-pai.

"Tepat sekali..tepat sekali..!" sambung Sin-to Gi-hiap.

Keng Hong mendengarkan semua itu dengan hati geli. Dari sikap para tokoh ini jelas sekali terlihat betapa setiap orang manusia. betapapun tinggi kepandaian dan kedudukannya, masih selalu diperhamba oleh nafsu mendahulukan kepentingan diri sendiri. Karena nafsu inilah maka setiap persoalan yang dianggap menguntungkan dirinya, langsung di anggap benar dan tepat. Jika sebaliknya dan persolan itu dianggap merugikan, tentu akan ditentang!"

Kiang Tojin juga maklum akan hal itu, dan diam-diam diapun girang bahwa Keng Hong dapat menjawab dengan tepat seperti yang diharapkan sehingga dapat memperingan "dosanya" terhadap Kun-lun-pai. Akan tetapi tentu saja di samping perasaan sayang kepada Keng Hong, sebagai orang kedua Kun-lun-pai dan calon pengganti suhunya kelak sebagai ketua Kun-lun-pai, Kiang Tojin lebih mementingkan kebesaran nama Kun-lun-pai, maka dia lalu berkata.

"Cu-wi sekalian telah mendengar pengakuan Cia Keng Hong dan dengan pengakuannya itu, kami fihak Kun-lun-pai dapat menerimanya dan kami dapat mengampuni dosanya karena setelah diteliti memang pemuda ini tidak bermaksud menipu, melainkan memalsukan pedang Siang-bhok-kiam dengan maksud agar yang asli tidak sampai terampas orang lain. Dengan pengakuannya itu, sekaligus nama besar kami telah tercuci daripada noda-noda.

Pertama, jelas bahwa kami tidak menyembunyikan Siang-bhok-kiam asli seperti disangka banyak orang. Ke dua, Kun-lun-pai jelas bukanlah partai yang tamak akan pusaka lain orang sehingga sampai sekian lamanya kami tidak memeriksa pedang itu palsu atau bukan karena memang kami tidak mempunyai maksud mencari pusaka peninggalan Sin-jiu Kiam-ong. Hanya karena diperebutkan oleh tokoh-tokoh kang-ouw, maka pedang itu rusak dan ketahuan bahwa benda itu palsu. Adapun tentang anggapan bahwa Kun-lun-pai tidak berhak atas pedang itu adalah salah! Pedang itu selamanya berada di wilayah Kun-lun-pai, yaitu Kiam-kok-san, dan segala benda yang berada di wilayah Kun-lun-pai adalah hak kekuasaan kami untuk menentukan apakah boleh dibawa keluar atau tidak."

Lian Ci Tojin dan Sian Ti Tojin, terutama Sian Ci Tojin, yang menginginkan pusaka-pusaka itu untuk dipelajari, merasa tidak setuju dengan ucapan Kiang Tojin ini, akan tetapi karena mereka melihat betapa suhu Thian Seng Cinjin yang lebih mengutamakan nama baik Kun-lun-pai, mengangguk-angguk setuju atas ucapan Kiang Tojin, mereka hanya saling pandang dan mengerutkan kening, tidak berani membantah.

"Cia Keng Hong, karena jelas bahwa engkau belum membawa keluar Siang-bhok-kiam dari Kun-lun-san, dan mendengar pembelaan diri yang tepat, maka kami dapat mengampunimu dengan syarat bahwa engkau harus menyerahkan pedang Siang-bhok-kiam yang asli kepada kami...."

"Wahhh...!!" Terdengar seruan tidak setuju dari para tamu.

"Harap tenang dan biarkan Twa-suheng bicara!"

Lian Ci Tojin berseru keras, dan tosu ini sudah merasa girang dengan keputusan Kiang Tojin.

"Keputusan ini dikeluarkan oleh Kun-lun-pai mengingat bahwa Siang-bhok-kiam akan selalu menimbulkan kegemparan di dunia kang-ouw, menjadi perebutan yang akan mengorbankan banyak nyawa secara sia-sia dan karena pedang yang selalu berada di Kiam-kok-san itu menjadi hak kami, maka kamilah yang harus menyimpannya dengan janji bahwa kami Kun-lun-pai tidaklah tamak terhadap pusaka orang lain dan tidak akan menggunakan pedang untuk mencari pusaka peninggalan Sin-jiu Kiam-ong!"

Ucapan terakhir ini melegakan hati para tamu akan tetapi sebaliknya mengecewakan para tosu Kun-lun-pai terutama Sian Ti Tojin dan Lian Ci Tojin.

"Nah, pinto rasa sudah jelas bagi dunia kang-ouw umumnya bahwa Kun-lun-pai mempunyai alasan-alasan kuat untuk memiliki Siang-bhok-kiam dan persoalan Cia Keng Hong dengan Kun-lun-pai telah selesai. Kini kami persilakan cu-wi yang ingin menuntut pemuda ini agar mengajukan tuntutannya."

Kiang Tojin bersikap cerdik dalam sikapnya membela Keng Hong. Dia tidak mendesak atau bertanya kepada Keng Hong untuk pelaksanaan keputusan itu karena dia khawatir kalau-kalau Keng Hong secara berterang menolak dan menimbulkan pula kemarahan di fihak para tosu Kun-lun-pai. Ia akan menggunakan pengaruhnya untuk memaksa pemuda itu kelak menyerahkan Siang-bhok-kiam secara baik-baik. Dengan memberi kesempatan kepada para tamu untuk mengajukan tuduhan, maka para sutenya tidak ada kesempatan untuk mendesak Keng Hong.

Pedang Kayu Harum







Tidak ada komentar: