*

*

Ads

FB

Kamis, 14 Juli 2016

Pedang Kayu Harum Jilid 059

Watak Lam-hai Sin-ni memang amat dingin dan keras, bahkan selalu memandang rendah lain orang, maka kini di depan tokoh-tokoh sakti itu ia sama sekali tidak memandang mata!

Tentu saja tokoh-tokoh itu menjadi marah sekali. Apalagi Ngo-lojin dari Kong-thong-pai yang kini tinggal empat orang itu. Dahulu mereka berlima amat terkenal sehingga tokoh-tokoh iblis seperti Thian-te Sa-lo-o yang menjadi tiga orang datuk hitam dari dunia penjahat dan amat terkenal sebelum akhirnya muncul Bu-Tek Su Kwi, tidak berani memandang rendah, maka dengan seruan-seruan nyaring mereka itu menerjang maju, mempergunakan cengkeraman-cengkeraman Ang-Liong-jiauw-kang mereka yang ampuh, bahkan Kok Sian Cu menyerang dengan tongkat bambunya.

Di saat itu pula, melihat kesempatan baik karena banyak kawan untuk menghadapi nenek iblis yang mereka tahu amat lihai ini, Coa Kiu dan Coa Bu kedua Hoa-san Siang -sin-kiam juga maju dengan pedang mereka sedangkan Ouw Beng Kok dan Kim-to lai Ban juga tidak tinggal diam, akan tetapi mereka ini bukan menyerang Lam Hai Sin Ni melainkan Biauw Eng!

Terjangan orang-orang sakti ini dilakukan serentak dan cepat, membuat para tosu Kun-lun-pai tidak sempat melerai dan memandang bingung karena mereka sebagai tuan rumah tentu saja merasa tidak senang kalau tempat tinggal mereka dijadikan gelanggang pertempuran.

"Plak-plak-plak.."

Yang datang lebih dulu adalah pukulan-pukulan Ang-liong-jiauw-kang, akan tetapi tiga pukulan Kok Seng Cu, Kok Liong Cu dan Kok Kim Cu ini ditangkis lengan Lam-hai Sin-ni dan tangan mereka itu melekat pada lengan nenek ini dan terus di sedotlah hawa sinkang dari tangan mereka yang membanjir tanpa dapat dicegah memasuki lengan Lam-hai Sin-ni yang tertawa terkekeh.

Ketika mereka bertiga terkejut, tiba-tiba Lam-hai Sin-ni menggerakkan ke dua lengannya sehingga tiga orang itu terangkat dan diputar-putar ke atas untuk dipakai menangkis serangan bambu Kok Sian Cu dan sepasang pedang Coa Kiu dan Coa Bu !

Tentu saja dua orang Hoa-san Siang-sin-kiam itu terkejut sekali dan menarik kembali pedang mereka agar tidak melukai para tokoh Kong-thong-pai itu, sedangkan Kok Sian Cu yang lebih cerdik dan lihai, menggerakkan tongkat bambunya menyusup ke samping dan mengirim totokan ke arah pusar Lam-hai Sin-ni secara hebat dan cepat sekali!

Lam-hai Sin-ni tertawa, mundur dua langkah dan melontarkan tubuh ke tiga orang tokoh Kong-thong-pai itu ke arah Kok Sian Cu, Coa Kiu dan Coa Bu sehingga terpaksa tiga orang tokok itu mengelak dan tubuh Kok Seng Cu dan para suhengnya terbanting roboh dalam keadaan lemas karena sebagian dari sinkang mereka telah tersedot oleh Lam-hai Sin-ni dengan ilmu mujijat Thi-khi-I-beng!






Sementara itu, Biauw Eng yang masih berdiri seperti orang kehilangan semangat, diam saja ketika diserang oleh dua orang tokoh Tiat-ciang-pang. Melihat ini, kembali Keng Hong yang meloncat maju dan menyambut serangan itu. Sekali ini karena kedua orang tokoh Tiat-ciang-pang itu marah sekali, serangan mereka pun hebat, bahkan Kim-to Lai Ban telah menggunakan goloknya.

Keng Hong masih bingung tadi oleh pengakuan Biauw Eng yang tadinya menyangkal kemudian berbalik mengaku, menjadi makin bingung oleh ucapan Lam-hai Sin-ni. Melihat gadis yang amat aneh yang dapat mendatangkan rasa cinta dan benci bergantian dihatinya itu kini terancam bahaya, mati-matian dia menubruk maju, menggunakan kedua lengannya untuk menangkis pukulan tangan baja dan golok.

"Desssss..!"

Tubuh Keng Hong terbanting lagi ke atas lantai. Dalam pertandingan di lerang Kun-lun-san ketika dia dikeroyok, dia telah mengalami pukulan-pukulan yang mengakibatkan luka di dalam tubuh, kini dia menangkis pukulan Tiat-ciang Ouw Beng Kok sampai dua kali. Dadanya terasa sakit-sakit dan dia muntahkan darah segar, sedangkan lengannya yang menangkis golok Lai ban terluka parah di pangkal sikunya, kulit dagingnya robek dan mengucurkan banyak darah.

Namun, dalam usahanya menyelamatkan Biauw Eng, Keng Hong tidak merasakan luka-lukanya, bahkan begitu tubuhnya terbanting, dia terus berguling ke lantai mendekati Biauw Eng, tiba-tiba menangkap pinggang gadis itu dan melontarkannya sekuat tenaga ke arah Lam-hai Sin-ni sambil berkata.

"Locianpwe, harap bawa pergi puterimu dari sini...!"

Lam-hai Sin-ni baru saja memukul mundur para pengeroyoknya dengan melontarkan tubuh ketiga orang tokoh Kong-thong-pai, kini melihat tubuh puterinya melayang ke arahnya, cepat dia menangkap dan mengempitnya. Ia ingin sekali mengamuk dan membunuhi semua orang yang hendak mengganggu puterinya, akan tetapi pada saat itu terdengar suara halus.

"Apakah orang tidak memandang mata lagi kepada Kun-lun-pai sehingga tidak memperdulikan pinto semua dan mengacau sekehendak hatinya?"

Yang bicara ini adalah Thian Seng Cinjin ketua Kun-lun-pai yang tadi ketika menangkis sinar pedang Coa Kiu dilakukan sambil duduk dan semenjak itu menonton dan mendengarkan semua yang terjadi dengan alis berkerut.

Mendengar suara ini, Lam-hai Sin-ni tertawa dan berkata,
"Maafkan kelancanganku, Cinjin!"

Tubuhnya lalu berkelebat, membawa pergi puterinya dari tempat itu tanpa ada yang berani mengganggu, pertama karena memang jerih menghadapi nenek itu sendirian saja, kedua karena mereka pun terpengaruh suara Thian Seng Cinjin sehingga merasa sungkan untuk memperlihatkan kekerasan di depan kakek ini yang selain menjadi tuan rumah, juga terkenal sebagai ketua Kun-lun-pai yang amat lihai, belum lagi diingat akan banyaknya tosu-tosu lihai di Kun-lun-pai ini.

"Biarlah dia pergi, yang terpenting, bocah ini tak boleh terlepas begitu saja dari tangan kami!" kata Coa Kui.

"Andai kata bukan dia yang membunuh, sudah jelas dia menghina murid wanita kami!"

"Juga dua orang murid wanita kami!" kata Kok Sian Cu.

"Benar, tak boleh bocah ini dilepas begitu saja !" Ouw Beng Kok.

"Omitohud, Pinceng masih harus mendapat kitab-kitab Siauw -lim-pai dari bocah ini !" kata wakil ketua Siauw -lim-pai dan yang lain-lain juga ikut pula membuka suara.

Keng Hong menjadi marah sekali. Tubuhnya sakit-sakit, dadanya terasa sesak, kepalanya pening oleh pukulan-pukulan yang diterimanya, ditambah pula kepergian Biauw Eng tiba-tiba seperti membawa sebagian semangatnya. Pengakuan Biauw Eng yang melakukan pembunuhan-pembunuhan itu amat meragukan hatinya.

Ia yakin bahwa gadis itu mengakui semua itu untuk menerima hukuman di atas pundaknya, dengan niat membebaskan Keng Hong. Maka dia menjadi ragu-ragu apakah benar gadis itu yang melakukan pembunuhan-pembunuhan keji. Siauw Biauw Eng dan ucapan Lam-hai Sin-ni meragukan hatinya. Tentu ada rahasia di balik semua itu.

Orang yang kelihatan jahat belum tentu selamanya akan melakukan perbuatan jahat. Sebaliknya orang yang kelihatannya baik-baik belum tentu pula selamanya benar. Buktinya Lian Ci Tojin. Bukankah tosu itu secara keji seperti binatang buas telah memperkosa Tan Hun Bwee, puteri Yan piauwsu? Padahal perbuatan itu sampai mati sekalipun tidak sudi dia melakukannya. Dan para tokoh besar ini. Tidak jelaskah tampak betapa tamak mereka ini, mengejar-ngejar dan berlumba-lumba memperebutkan pusaka gurunya? Tiba-tiba dia meloncat bangun dan berkata, suaranya kasar dan nyaring,

"Kalian ini orang-orang tua yang jahat dan tamak! Aku tidak sudi lagi menurut segala kata-kata kalian! Apakah dosaku terhadap kalian, termasuk terhadap Kun-lun-pai? Salahkah kalau aku menjadi murid Sin-jiu Kiam-oang? Coba katakan, perbuatan apakah yang telah kulakukan terhadap kalian semua? Akan tetapi kalian selalu mengejar-ngejar aku, memperebutkan Siang-bhok-kiam, ini hanya alasan karena sebenarnya kalian semua menginginkan pusaka peninggalan suhu! Tak tahu malu! Takkan kuberikan kepada siapapun juga! Akan kupelajari sendiri dan kelak kupergunakan untuk melawan kalian!"

Semua orang memandang dengan mata terbelalak, termasuk Kiang Tojin, Thian Seng Cinjin berkata perlahan.

"Siancai..., mulut tajam....!"

Akan tetapi Ouw Beng Kok telah menerjang maju menghantam sambil membentak.
"Bocah sombong!"

Berbarengan dengan pukulan Ouw Beng Kok ini, Lian Ci Tojin juga maju menghantam dari kiri dengan pukulan dahsyat mengarah lambung Keng Hong.

Pemuda ini yang sudah dua kali merasai pukulan Ouw Beng Kok yang hebat, menjadi marah dan merendahkan diri setengah berjongkok, mengerahkan seluruh tenaganya memapaki pukulan ketua Tiat-ciang-pang ini dengan dorongan tangan yang mengandung sinkang warisan gurunya.

"Blekkkkkkkkk!!"

Tubuh Oue Beng Kok terjengkang dan ketua Tiat-ciang-pang ini roboh pingsan dengan mulut muntah darah! Akan tetapi Keng Hong juga roboh berguling-gulingan karena lambungnya dihajar pukulan tangan Lian Ci Tojin.

"Sute, jangan bermain curang!" bentak Kiang Tojin marah, akan tetapi karena pukulan itu telah bersarang dan membuat Keng Hong roboh, dia hanya memandang cemas.

Keng Hong bangkit lagi, menekan lambungnya yang serasa hendak pecah. Ia lalu menyusuti darah yang mengalir dari mulutnya, tanpa disadari dia mencabut keluar saputangan ini teringat akan gadis itu dan menudingkan telunjuknya kepada Lian Ci Tojin sambil berkata.

"Kiang Tojin! Sutemu ini selain curang juga keji sekali terhadap seoarng nona baju hijau..."

"Engkau yang keji, bisa menuduh orang, keparat!"

Lian Ci Tojin sudah menerjang maju lagi, akan tetapi Keng Hong meloncat mundur, membalikkan tubuhnya dan lari secepatnya menuju Kiam-kok-san.

"Kejar!"

Entah siapa yang mengeluarkan ucapan ini, akan tetapi seperti sepasukan tentara menerima komando, semua orang segera mengejar, kecuali ketua Kun-lun-pai dan Kiang Tojin.

Diantara para tosu Kun-lun-pai, hanya Lian Ci tojin dan Sian Ti Tojin saja yang mengejar bersama para tokoh lainnya. Sedangkan para Kun-lun-pai lainnya hanya berdiri ragu-ragu dan menanti perintah, memandang kepada Kiang Tojin.

"Bawa anak murid Kun-lun-pai dan lihat apa yang terjadi di sana. jaga jangan sampai tempat suci itu dikotori orang," kata Thian Seng Cinjin kepada muridnya yang tertua itu.

Kiang Tojin mengangguk lalu mengajak semua anak murid Kun-lun-pai, melakukan pengejaran dari jauh. Thian Seng Cinjin menghela napas panjang berulang kali, kemudian bersila bersamadhi untuk menenteramkan batinnya yang mengalami guncangan dalam peristiwa itu.

Keng Hong mengerahkan seluruh tenaganya yang ada untuk berlari cepat. Larinya masih cepat karena memang pemuda ini memiliki ginkang yang tidak lumrah dimiliki seorang pemuda, dan pantasnya dimiliki seorang yang sudah berlatih puluhan tahun. Hal ini adalah berkat diterimanya pemindahan sinkang dari Sin-jiu Kiam-ong.

Akan tetapi pada saat itu dia telah terluka cukup berat sehingga andaikata dia tidak memiliki sinkang yang luar biasa tentu dia telah roboh dan karenanya ketika dia mengerahkan seluruh tenaganya, napasnya terengah-engah dan dadanya terasa sakit sekali.

Merasa betapa kepalanya pening sekali dan napasnya sesak hampir sukar bernapas, terpaksa Keng Hong memperlambat larinya dan begitu dia mengurangi kecepatannya empat orang kakek Ngo-thong-pai telah menyusulnya. Memang Kong-thong Ngo-lojin terkenal dengan ginkang mereka yang hebat sehingga ginkang mereka itu dapat berlari lebih cepat daripada tokoh lainnya.

"Bocah setan, engkau hendak lari kemana?"

Di antara para tokoh yang mengejar, yang merasa sakit hati kepada Keng Hong pribadi adalah tokoh-tokoh kong-thong-pai, Hoa-san-pai dan Tiat-ciang-pang. Adapun tokoh lainnya yang juga mengejar, seperti dari Siauw-lim-pai, Kiu-bwe Toanio, Sin-to Gi-hiap hanya ingin memperebutkan pusaka Sin-jiu Kiam-ong, tidak mempunyai dendam pribadi kepada pemuda itu, maka mereka ini tidak seperti tokoh-tokoh tiga partai besar pertama, tidak ingin membunuh Keng Hong, melainkan hanya ingin memaksanya menyerahkan pusaka gurunya.

Begitu Kong-thong Ngo-lojin yang tinggal empat orang itu dapat menyusul, serentak mereka mengirim pukulan-pukulan Ang-liong-jiauw-kang yang ampuh dari belakang. Keng Hong mendengar sambaran angin pukulan yang amat hebat ini dan dia memang sudah siap mengadu nyawa dengan orang-orang yang memusuhinya, sudah marah dan nekat sekali dan mengambil keputusan untuk tidak menyerah sampai mati. Maka cepat dia membalikkan tubuhnya sambil merendahkan tubuh menekuk kedua lutut, sedangkan ke dua lengannya bergerak ke atas untuk menangkis.

Pedang Kayu Harum







Tidak ada komentar: