*

*

Ads

FB

Kamis, 14 Juli 2016

Pedang Kayu Harum Jilid 054

"Engkau hendak menggunakan kekerasan? Baik, majulah!"

Ketika gadis itu menyerang lagi, Lian Ci Tojin sudah menggerakkan pula pedangnya menangkis dan mereka segera bertanding dengan hebat.

"Sute, jangan membunuh orang!" Sian Ti Tojin memperingatkan sutenya.

"Ha-ha-ha, menghadapi bocah seperti ini, masa perlu membunuhnya, Suheng? Dia harus ditangkap, mungkin dia mata-mata musuh yang berbahaya."

Tan Hun Bwee boleh jadi lihai dan jarang terdapat seorang gadis muda memiliki keahlian bermain pedang seperti dia, akan tetapi berhadapan dengan seorang tokoh besar Kun-lun-pai seperti Lian Ci Tojin, ia masih kalah jauh. Setelah bertanding mati-matian selama tiga puluh jurus, dalam pertemuan pedang, Lian Ci Tojin mengerahkan tenaganya dan gadis itu berteriak kaget, pedangnya terlepas dari pegangan dan sempat ia mengelak, tangan kiri tosu itu telah menotok pundaknya, membuat ia roboh lemas tak dapat berkutik lagi!

"Ha-ha-ha, bocah-bocah sekarang banyak yang tak tahu diri, seperti bocah keparat Keng Hong ini dan gadis galak ini. Suheng, keadaan gadis ini amat mencurigakan, dia datang bersama Keng Hong, siapa tahu di belakangnya ada orang-orang lain. Biar dia kubawa dulu menghadap suhu agar diselidiki. Harap Suheng mengantar Keng Hong ke atas, menyusul."

Sian Ti Tojin hanya mengangguk sambil berkata kepada Keng Hong.,
"Hayo berdiri dan ikut dengan pinto ke puncak Kun-lun-pai."

Keng Hong tadi hanya menonton saja ketika nona Tan bertanding melawan Lian Ci Tojin. Hatinya gelisah tidak karuan, akan tetapi bagaimana dia dapat turun tangan melindungi nona itu atau mencegah Lian Ci Tojin? Kalau dia melakukan hal ini berarti bahwa dosanya terhadap Kun-lun-pai akan menjadi bertambah. Apalagi dia dapat melihat bahwa tosu itu tidak akan membunuh Tan Hun Bwee, dan hanya akan menangkapnya dan membawanya ke Kun-lun-pai untuk diselidiki. Kalau memang gadis itu tidak bersalah, dan benar hanya ingin mencari pusaka di Kiam-kok-san, dia percaya akan kebijaksaan para pimpinan Kun-lun-pai yang tentu akan membebaskannya.

Akan tetapi pada saat dia hendak bangkit memenuhi permintaan atau perintah Sian Ti Tojin dan mengerling ke arah Tan Hun Bwee yang sudah tertotok, dia melihat Lian Ci Tojin secara kasar dan sembarangan mengempit tubuh gadis itu dan dibawa pergi. Pada saat itu dia melihat sinar mata Lian Ci Tojin dan jantungnya berdebar tidak karuan. Ia berusaha menekan-nekan debar jantungnya, akan tetapi tidak berhasil sehingga ketika dia bangkit berdiri, kakinya gemetar dan mukanya menjadi berubah dan keningnya berkerut.






Melihat ini, Sian Ti Tojin mengira bahwa pemuda ini hendak menbangkang. Ia sudah maklum akan kelihaian bocah ini yang memiliki ilmu aneh, pernah menggegerkan Kun-lun-pai. Tentu saja dia tidak takut dan merasa dapat mengatasi bocah ini karena dia tahu bahwa Keng Hong hanya memiliki tenaga sedot mujijat itu sedangkan dalam hal ilmu silat, pemuda ini masih rendah ilmunya.

Adapun tentang ilmu sedot itu, setelah dahulu Keng Hong menggegerkan Kun-lun-pai, suhunya telah menberi penjelasan kepada para murid, dan kini sudah tahu bagaimana caranya menolong diri sendiri apabila dia kena "disedot". Betapapun juga, dia tidak menghendaki pemuda ini membangkang sehingga dia tidak usah menpergunakan kekerasan.

"Cia Keng Kong, mengapa kau? Apakah kau hendak membangkang?"

Keng Hong tadinya memandang ke arah bayangan Lian Ci Tojin yang membawa lari Hun Bwee dan kini bayangan itu telah lenyap di tikungan lereng. Ia menghela nafas panjang dan memutar tubuhnya meghadapi Sian Ti Tojin adalah murid ke dua dari Thian Seng Cinjin ketua Kun-lun-pai, sehingga dalam hal ilmu silat, tosu ini hanya berada di bawah suhengnya yang tertua, yaitu Kiang Tojin.

"Totiang, mengapa Totiang membiarkan Lian Ci Tojin membawa pergi nona Tan? Mengapa tidak bersama-sama saja?"

"Hemmm, engkau lancang sekali. Ada sangkut pautnya apakah denganmu? Sute hendak membawa gadis itu lebih dulu karena menaruh curiga kepadanya. Sebetulnya apakah keperluannya berada di tempat ini bersamamu?"

"Totiang, dia itu orang baik-baik, tidak ada kesalahan terhadap Kun-lun-pai. Dia sengaja datang ke sini untuk mencari Kim-kok-san."

"Apa? Mengapa?'

"Dia adalah puteri dari Tan- piauwsu yang dahulu pernah bermusuhan dengan mendiang suhu. Ada beberapa buah barang berharga dari ayah ibunya dirampas suhu dan dia hendak mencari barang-barang itu. Dia sama sekali tidak bermaksud buruk terhadap Kun-lun-pai. Mengapa ditangkap?"

Sian Ti Tojin menggeleng kepala.
"Tidak bermaksud buruk akan tetapi dia menyerang sute. Sudahlah, kalau memang dia tidak bersalah, tentu akan dibebaskan kembali. Mari kita naik menghadap suhu dan jangan banyak tingkah agar pinto tidak perlu menggunakan kekerasan terhadapmu."

Keng Hong menghela napas panjang dan melangkah pergi diikuti kakek itu dari belakang. Akan tetapi baru beberapa ratus langkah, dia berhenti lagi.

"Totiang...."

"Kenapa kau berhenti? Hayo jalan terus."

"Totiang, hati saya merasa tidak enak sekali. Amat berbahaya nona Tan dibawa pergi Lian Ci Tojin. Tidakkah Totiang dapat melihat betapa sinar mata Lian Ci Tojin berapi-api? Adakah patut dia mengempit tubuh seorang gadis? Lebih baik kita susul dia."

"Ah, engkau benar-benar kurang ajar dan patut dipukul, Keng Hong. Berani benar engkau mengeluarkan fitnahan-fitnahan menghina sute. Kami adalah tosu-tosu yang menyucikan diri dan batin, masa terhadap seorang wanita akan timbul pikiran kotor seperti mendiang suhumu? Uhhh, sekali lagi kau mengeluarkan ucapan seperti itu, terpaksa akan pinto pukul sebagai hajaran.”

Kembali Keng Hong menghela napas lalu berjalan lagi. Ia menganggap bahwa alasan tosu tua ini benar. Masa Lian Ci Tojin akan melakukan hal yang amat rendah terhadap gadis itu? Bukankah para tosu Kun-lun-pai. Bukan sembarangan tosu melainkan tosu murid langsung Thian Seng Cinjin!

Kembali sinar mata Lian Ci Tojin yang ditangkapnya ketika tosu itu mengempit tubuh Hun Bwee menggoda hatinya. Betapapun percaya dia akan alasan Sian Ti Tojin tadi, namun sinar mata itu! Seperti mata orang kehausan melihat air, mata orang melihat makanan, mata seekor anjing melihat daging, mata yang penuh memancarkan nafsu berahi! Kalau benar seperti yang dikhawatirkannya, celakalah nasib Hun Bwee di tangan tosu itu yang sudah begitu baik kepadanya, jelas tampak kebaikannya ketika gadis itu membelanya melihat dia dipukuli kedua orang tosu Kun-lun-pai. Betapa beraninya membelanya dari dua orang tosu yang lihai! Gadis yang berwatak pendekar, gagah perkasa. Dan kini terancam bahaya yang lebih hebat daripada maut bagi seorang gadis!

"Totiang, terpaksa teecu harus menyusul nona Tan..."

"Cia Keng Hong, berhenti! Kalau tidak, terpaksa kupukul kau!"

Namun Keng Hong sudah meloncat pergi hendak mengejar Lian Ci Tojin.

"Keng Hong, kalau tidak berhenti, pinto memukulmu!"

Kembali teriakan Sian Ti Tojin menggema dibelakangnya dan tosu itu telah mengejarnya.

Keng Hong berpikir cepat. Kalau dia menggunakan ginkangnya, dia hanya akan menang sedikit karena para tosu Kun-lun-pai tentu saja memiliki ginkang yang hebat. Dan kalau dikejar-kejar, bagaimana dia dapat mencari Hun Bwee? Setelah berpikir, dia lalu berlari terus, sengaja memperlambat larinya.

“Peringatan terakhir, Keng Hong. Berhentilah!”

Keng Hong berlari terus.

“Siancai! Pinto terpaksa memukulmu!”

Angin pukulan dahsyat menyambar dari belakang. Keng Hong cepat membalikkan tubuhnya, mengerahkan sinkangnya ke lengan dan menangkis pukulan itu terus mendorong ke samping.

“Dukk!!”
.
Tubuh Sian Ti Tojin terpental ke belakang seperti disambar angin yang amat kuat sehingga dia berseru kaget. Untung bahwa dia telah memiliki lweekang yang amat kuat sehingga dia dapat mencegah tubuhnya terbanting, namun dia merasa betapa tenaga lweekang yang amat kuat sehingga dia dapat mencegah tubuhnya terbanting, namun dia merasa betapa tenaga lweekang dalam pukulannya tadi membalik dan membuat dadanya sesak. Ia tahu bahwa kalau dia mengerahkan tenaga lagi, dia akan terluka, maka cepat dia duduk bersila mengumpulkan hawa murni untuk memulihkan keadaanya dan tentu saja dia harus membiarkan pemuda yang luar biasa itu pergi.

Keng Hong berlari terus secepatnya. Memang dia telah melakukan hal yang membuat hatinya menjadi makin tidak enak terhadap Kun-lun-pai akan tetapi karena dia hanya menangkis dan yang memukul adalah Sian Ti Tojin, dia menekan kekhawatirannya. Mengejar dan menolong Tan Hun Bwee lebih penting lagi. Ia tadi melihat bayangan Lian Ci Tojin yang membawa lari nona itu naik ke atas, maka kini diapun mengejar, belum juga dia dapat menyusul.

Hatinya menjadi penasaran dan gelisah. Dari sebuah puncak dia telah dapat melihat dinding tinggi dari Kun-lun-pai dan tidak tampak bayangan tosu itu. Kalau Lian Ci Tojin membawa Hun Bwee ke Kun-lun-pai, dia tidak usah khawatir. Akan tetapi dia merasa curiga dan menduga bahwa tentu nona itu tidak dibawa ke sana. Maka dia lalu membelok dan kembali menuruni puncak, lalu mencoba untuk mencari ke dalam sebuah hutan besar yang berada di lereng. Kalau tosu itu yang sinar matanya penuh nafsu berniat melakukan kekejian, tidak ada tempat yang lebih baik daripada dalam hutan itu. Setibanya di dalam hutan, dia mencari-cari. Keadaan dalam hutan sunyi senyap.

Tiba-tiba keng Hong menghentikan langkahnya dan membungkuk, mengambil sehelai pita sutera hijau yang berbau harum. Agaknya pita rambut atau pita pelindung leher dan tak salah lagi, warna hijau muda ini menyatakan bahwa pita ini milik Tan Hun Bwee. Tentu orangnya berada tak jauh dari tempat ini. Hatinya makin tidak enak dan berdebar.

"Tan-siocia (nona Tan )..!" ia memanggil.

Tiada jawaban. Ia meneliti dan akhirnya melihat tapak kaki di atas tanah yang agak basah. Namun cukup baginya. Kaki itu menuju ke arah serumpun alang-alang atau rumput tinggi di sebelah kirinya. Cepat dia menerobos semak-semak itu dan akhirnya dia melihat Tan Hun Bwee menggeletak di atas rumput, tersembunyi di balik semak-semak yang tebal.

Gadis itu dalam keadaan pingsan, agaknya tertotok dan melihat keadaan pakaiannya, hati Keng Hong seperti ditusuk pisau. Gadis ini telah diperkosa! Dengan hati penuh iba, dia membereskan pakaian itu sedapat mungkin, kemudian dia mengurut tengkuk dan punggung Tan Hun Bwee.

Gadis itu mengeluh, membuka matanya dan berteriak kaget sambil meloncat berdiri. Sepasang mata yang tajam itu sejenak menunduk, meneliti keadaan dirinya, kemudian wajah itu diangkat memandang Keng Hong, pucat sekali dan matanya liar.

"Kau....kau..laki laki jahat..apa yang telah kau perbuat atas diriku....?" Air mata deras mengalir di sepasang pipi yang makin pucat dan mata itu makin beringas.

"Tenanglah, Nona. Aku mendapatkan Nona menggeletak di sini, dan....."

"Bohong! Engkau telah melakukan kekejian kepadaku! Aihhhhh, engkau murid Sin-jiu Kiam-ong...., keparat busuk!"

Hun Bwee tiba-tiba menerkam ke depan dan menyerang Keng Hong dengan pukulan ke arah dada pemuda itu.

Saking kaget dan menyesal menyaksikan kesalah fahaan ini, Keng Hong sampai tidak sempat mengelak. Akan tetapi begitu dadanya terpukul, otomatis sinkang di tubuhnya bergerak.

"Dukkkk...!" Dan tubuh gadis itu terjengkang roboh sendiri.

"Aah, Nona, sungguh mati, aku tidak..."

"Laki-laki jahanam! Pengecut hina dina! Sudah berani berbuat tidak berani bertangung jawab, malah menyangkal keparat!" kembali Hun Bwee membuat gadis ini lemah, selain berduka dan malu, juga air matanya membuat kedua matanya sukar melihat.

Serangan-serangannya ngawur dan asal pukul saja. Keng Hong merasa kasihan, akan tetapi juga bingung menghadapi gadis yang mengamuk tidak karuan itu. Akhirnya dia berhasil menangkap kedua pergelangan tangan gadis itu sehingga tak dapat bergerak lagi, lalu berkata.

"Dengarlah Nona, aku tidak melakukan sesuatu kepadamu, kudapati engkau telah menggeletak pingsan disini.."

Pedang Kayu Harum







Tidak ada komentar: