*

*

Ads

FB

Kamis, 18 Agustus 2016

Pedang Kayu Harum Jilid 114

Dua ekor kijang jantan dan betina yang berkejaran tadi kini telah menjadi bangkai, leher mereka terluka dan robek, darah mereka menjadi satu membasahi rumput dan di antara bangkai kedua kijang itu berdiri seekor harimau besar yang mengaum perlahan lalu mencium-cium darah dan tubuh kijang, agaknya hendak menikmati baunya yang sedap dan gurih sebelum mengganyangnya.

Harimau itu besar seperti anak lembu, bulunya kehitaman, ekornya panjang melingkar dan yang aneh sekali adalah sebuah tanduk yang tubuh di antara kedua telinganya yang kecil!

Akan tetapi Biauw Eng tidak memperdulikan keanehan binatang ini. Hatinya telah dikuasai nafsu amarah dan sambil mengeluarkan jerit melengking ke depan, menerjang harimau bertanduk satu itu. Dalam kemarahannya, Biauw Eng menubruk maju dan menghantam dengan tenaga sekuatnya ke arah kepala harimau yang ada tanduknya itu.

"Siuuuuuuttt.... werrrrrrr!"

"Aihhhhh!"

Biauw Eng berseru kaget karena pukulannya yang cepat dan kuat itu mengenai tempat kosong! Ternyata harimau bertanduk itu telah dapat mengelakkan pukulannya. Padahal pukulan tadi tidak akan mudah dielakkan begitu saja oleh seorang ahli silat yang belum memiliki kepandaian tinggi! Tentu saja merupakan hal yang amat aneh kalau seekor binatang dapat mengelak dengan gerakan yang begitu cepat akan tetapi juga seenaknya saja karena Biauw Eng melihat betapa harimau itu mengelak secara tenang tidak tergesa-gesa, hanya dengan miringkan kepala ke kiri!

Biauw Eng yang marah sekali melihat sepasang kijang menjadi bangkai diterkam oleh harimau ganas ini, cepat memutar tubuh dan melanjutkan gerakannya dengan sebuah tendangan. Ujung sepatunya meluncur cepat menyambar bawah iga binatang itu. Akan tetapi, sambil mengaum harimau itu kini mengelak dengan loncatan ke belakang dan kaki depan kiri yang bercakar runcing tiba-tiba diangkat menampar ke arah kaki Biauw Eng!

"Ehhh.....!"

Biauw Eng terpaksa menarik kembali kakinya. Ia tidak takut dicakar, akan tetapi celana dan sepatunya bisa dirobek kalau terkait kuku-kuku yang kuat itu. Ia makin heran dan penasaran. Dua kali dia menyerang dan dua kali binatang itu mampu mengelak, bahkan balas mencakar ke arah kakinya. Biauw Eng hampir tidak percaya. Cepat ia menerjang lagi, kini menggunakan seluruh kecepatan gerakannya, melambung dan ketika tubuhnya menubruk dan menukik, tangan kirinya dengan jari-jari terbuka menusuk ke arah mata harimau itu, dan tangan kanannya dimiringkan menghantam ke arah tengkuk. Dua serangan ini ia lakukan sambil mengerahkan Iweekang.

Melihat gadis itu yang malah menerkamnya, harimau tanduk satu mengangkat muka, agaknya terheran, akan tetapi begitu angin serangan yang dahsyat menyambar, harimau mengaum dan tiba-tiba tubuhnya merendah dan diputar, lalu kaki depan kanannya membuat gerakan melingkar, menangkis tusukan jari ke arah matanya, sedangkan tangan kanan Biauw Eng yang menghantam tengkuk itu ditangkisnya dengan ekornya yang panjang, yang dipergunakan seperti cambuk diayun dari belakang.






"Plakkk! Dukkk!"

"Hayaaaaaa....!"

Biauw Eng cepat melempar diri ke belakang. Tangkisan-tangkisan itu membuat kedua pukulannya tertahan dan harimau yang agaknya menjadi marah itu tadi sambil menangkis sudah menggerakkan kepala menggigit sehingga Biauw Eng terpaksa melempar tubuh ke belakang.

Akan tetapi baru saja meloncat turun, harimau yang marah itu sudah menerjangnya dan membalas dengan serangan yang dilakukan secara aneh, bukan menubruk seperti harimau-harimau biasa, melainkan menggerakkan kedua kaki depan bertubi-tubi mencakarnya dari kanan kiri, sedangkan tubuhnya bergerak maju dengan kaki belakang saja. seperti gerakan manusia!

Biauw Eng melangkah mundur dan melolos sabuknya. Dalam keadaan biasa kiranya gadis ini akan merasa malu menggunakan senjatanya menghadapi seekor binatang hutan.

Akan tetapi, ia sudah merasa amat marah melihat sepasang kijang yang dibunuh dan ia tahu bahwa harimau ini bukan sembarangan harimau, melainkan seekor harimau yang memiliki kelebihan daripada harimau lain. Gerakannya selain cepat dan kuat, juga aneh, mirip gerakan yang terlatih, gerakan yang memiliki dasar ilmu silat!

"Binatang jahat dan kejam, mampuslah!"

Biauw Eng membentak dan tangannya bergerak. Sinar putih menyambar ke depan, sinar putih panjang dari sabuk suteranya. Dengan sabuk suteranya ini, dahulu Biauw Eng amat dikenal dan ditakuti lawan, karena memang hebat permainan sabuk suteranya yang dalam segebrakan saja mampu merampas senjata lawan, kalau perlu mampu merampas nyawa lawan!

Kini ujung sabuk sutera itu melayang ke arah kepala, tenggorokan dan lambung harimau dengan kecepatan yang menyilaukan mata. Ujung sabuk yang bergerak bertubi-tubi itu seolah-olah berubah menjadi puluhan banyaknya dan ketika menyambar ke arah harimau mengeluarkan bunyi bercuitan mengerikan.

"Cuiiiiiittttt.... dar-dar-dar...!"

Tiga kali ujung sabuk sutera yang tidak mengenai sasaran itu meledak di tempat kosong. Sekali ini Biauw Eng benar-benar terkejut. Binatang buas itu mampu mengelak serangan sabuk suteranya secara beruntun tiga kali dengan cara menggulingkan diri. Mana di dunia ini ada harimau yang mempunyai akal untuk mengelak sambil bergulingan? Dan bukan sampai disitu saja karena tiba-tiba harimau itu mengaum dan tubuhnya yang tadi bergulingan itu kini berguling mendekat dan secara mendadak sekali tubuh yang kehitaman itu mencelat ke atas dan sudah menubruk ke arah Biauw Eng dengan gerakan dahsyat.

Keempat kakinya bergerak hendak mencengkeram akan tetapi dengan cakar-cakar digerak-gerakkan sehingga sukar ditentukan kemana keempat buah cakar yang mengerikan itu akan mencengkeram, dan serangan ini didahului oleh sebatang "cambuk" yaitu ekornya yang digerakkan lebih dulu, bukan menyabet seperti buntut harimau biasa, akan tetapi ekor ini dari bawah menjadi sebatang toya lurus yang menyodok ke arah leher Biauw Eng.

Hebat bukan main serangan binatang itu karena sekali serang, buntutnya menotok leher, keempat cakar kakinya mencengkeram dan mulutnya yang terbuka menggigiit kepala!

"Aihhhhh....!"

Biauw Eng kaget, akan tetapi tidak menjadi gugup. Ia merendahkan tubuh, tidak mengelak mundur, bahkan cepat ia menyusup ke bawah tubuh harimau yang sedang meloncat. Harimau menggereng, agaknya menjadi bingung dan merasa diakali oleh lawan karena selagi tubuhnya meloncat tak mungkin membalik. Hanya buntutnya yang dapat digerakkan secara tidak terduga oleh Biauw Eng dan tiba-tiba menyabet ke bawah selagi gadis itu menyusup.

Hal ini sungguh tidak terduga oleh Biauw Eng sehingga pundaknya terpukul ekor harimau yang menyambar. Dan ternyata pukulan itu amat keras sehingga Biauw Eng terbanting ke kanan dan pundaknya terasa nyeri seperti dipukul toya oleh lawan yang bertenaga besar!

Kini Biauw Eng marah sekali. Ia tidak memperdulikan rasa nyeri di pundak cepat ia melompat bangun dan pada saat harimau itu melayang turun, sabuk suteranya sudah menyambar ganas, merupakan dua sinar putih karena yang menyambar adalah kedua ujungnya sedangkan dara itu memegang bagian tengah.

Kedua ujung sabuk itu dengan kecepatan kilat sudah menyambar dan membelit keempat kaki harimau itu, ujung pertama membelit kedua kaki belakang, ujung ke dua membelit dua kaki depan. Harimau menggereng dan meronta, namun sia-sia karena tubuhnya tiba-tiba terangkat naik tanpa dapat ditahannya lagi. Harimau masih meronta-ronta ketika Biauw Eng mengerahkan tenaga menggerakkan tangan. Tubuh harimau yang sudah dibelenggu oleh kedua ujung sabuk itu kini terbanting ke bawah menghantam sebuah batu gunung.

"Desssss!"

Batu itu remuk dan harimau itu menggerang-gerang kesakitan. Kembali tubuhnya terangkat dan kini menghantam sebuah batu lain yang lebih besar, hanya kali ini ia terbanting dengan kepala lebih dulu.

"Prokkk!"

Dan kembali batu yang pecah biarpun kepala harimau itu pun terluka dan berdarah. Biauw Eng menjadi penasaran. Betapa kuatnya harimau itu. Saking marah dan penasaran, berkali-kali ia membanting tubuh harimau yang sudah tak berdaya itu sampai kepala harimau itu pecah-pecah.

Sebelum tewas harimau itu mengeluarkan suara mengaum yang amat dahsyat dan nyaring, menggetarkan gunung. Biauw Eng lalu melontarkan bangkai harimau itu jauh memasuki jurang. Kemudian Biauw Eng menghampiri bangkai sepasang kijang berjongkok dan memandang bangkai sepasang kijang itu dengan kening berkerut karena kasihan.

Akan tetapi kemarahannya mereda dan sekarang dalam keadaan tidak panas hatinya, baru ia teringat dan terheran-heran penuh kekaguman akan kelihaian harimau itu. Baru keadaannya sudah aneh, kepalanya bertanduk, sungguhpun dalam perkelahian tadi ia melihat bahwa benda di kepalanya itu bukan tanduk keras macam lembu, melainkan segumpal daging yang tumbuh di antara kedua telinga.

Selain keadaanya yang aneh, juga kini ia teringat betapa gerakan harimau tidak wajar. Gerakan-gerakannya mengandung tehnik ilmu silat! Cara kaki depan menangkis dari samping dengan gerakan memutar dan membesut, cara buntut harimau itu menangkis dan menyerang, semua itu adalah gerakan ilmu silat!

Kemudian Biauw Eng termenung memandangi bangkai dua ekor kijang itu dan ia merasa heran teringat akan kelakuannya sendiri. Harimau itu membunuh dua ekor kijang ini karena lapar, karena kijang-kijang ini akan dijadikan mangsanya. Kenapa ia marah-marah dan membunuh harimau itu? Hal ini tidak biasa ia lakukan. Mengapa ia menjadi marah melihat harimau membunuh kijang? Bukankah hal itu sudah sewajarnya dan dahulu sudah sering kali ia melihat kejadian seperti ini tanpa terpengaruh sedikitpun? Ia memandang lagi dan tiba-tiba mengertilah dia, lalu menghela napas panjang.

Tadi ia melihat dua ekor kijang itu, sepasang kijang indah, jantan dan betina yang kelihatan rukun. Hatinya yang baru diobrak-abrik asmara itu tadi merasa mesra dan penuh gairah menyaksikan pasangan kijang ini, mengingatkan ia akan Keng Hong. Betapa akan mesra dan bahagianya kalau dia bersama Keng Hong bisa hidup rukun berdampingan seperti sepasang kijang itu. Dan harimau itu kemudian muncul menghancurkan kemesraan yang memenuhi dada. Melihat sepasang kijang rebah menjadi bangkai yang berlumuran darah, ia seolah-olah merasa bahwa si harimau juga menghancurkan kebahagiannya bersama Keng Hong, maka bangkitlah kemarahannya yang luar biasa.

"Ah, Keng Hong... Engkau membuat aku tidak hanya menjadi merana, juga menjadi ... Gila!" keluhnya dan kini hatinya mulai merasa menyesal mengapa ia membunuh harimau yang sesungguhnya tidak bersalah apa-apa terhadap dirinya itu.

Tiba-tiba terdengar teriakan-teriakan keras, teriakan-teriakan yang makin lama makin mendekati tempat itu. Biauw Eng terkejut dan cepat meloncat bangun sambil melibatkan sabuk suteranya di pinggang. Tak lama kemudian muncullah tiga belas orang wanita. Mereka muncul dari berbagai jurusan, ada yang berlari-larian dari atas, ada yang meloncat keluar dari jurang. Gerakan mereka gesit-gesit dan mereka memakai pakaian seragam berwarna kuning. Tangan mereka memegang pedang dan gerakan mereka gesit sekali. Sambil berteriak-teriak marah mereka mengurung Biauw Eng yang berdiri tegak dengan sikap tenang.

"Dia membunuh tuan muda..!" Beberapa orang di antara mereka berteriak sambil menangis.

"Dia menyiksa tubuh tuan muda...., hi-hi-hik!" Beberapa orang lagi berseru dan…. Tertawa-tawa.

Melihat sikap mereka, meremang bulu tengkuk Biauw Eng. Wajah tiga belas orang wanita yang berusia antara dua puluh sampai tiga puluh tahun itu rata-rata cantik, akan tetapi sinar mata mereka liar seperti mata orang yang miring otaknya! Mereka menangis dan tertawa tidak karuan, meloncat-loncat seperti orang menari mengelilinginya.

"Kalian ini mau apakah?" Biauw Eng membentak. "Siapa pula yang membunuh tuan muda?"

"Kau yang membunuh siauw-ya (tuan muda)!" seorang di antara mereka yang membiarkan rambutnya terurai dan yang kelihatan paling tua di antara mereka juga paling cantik, membentak dengan suara seperti orang menangis, akan tetapi bentakan marah itu disusul suara ketawa cekikikan!

"Aku? Tuan muda yang manakah yang kubunuh?"

Biauw Eng bertanya, tengkuknya terasa dingin dan hatinya merasa serem. Mudah di duga bahwa wanita yang mengurai rambut ini tidak waras pikirannya. Akan tetapi kalau gila, masa tiga belas orang wanita yang melihat pakaiannya merupakan pasukan seragam ini gila semua?

Pedang Kayu Harum







Tidak ada komentar: