*

*

Ads

FB

Selasa, 19 Juli 2016

Pedang Kayu Harum Jilid 072

"Aaauuuuuuhhhh... toloooooonggg...!"

Jerit melengking wanita ini tiba-tiba terdiam, memang leher yang dicekik tentu saja takkan dapat menjerit lagi. Jerit itu keluar dari sebuah kamar yang indah dan diterangi sinar lilin terbungkus sutera merah, remang-remang romantis menambah keindahan kamar yang berbau harum itu.

Akan tetapi apa yang terjadi di dalam kamar pada malam hari itu, seorang gadis remaja, puteri hartawan dan bangsawan yang menjadi kembang kota itu, tertimpa malapetaka. Ketika ia sedang tidur pulas tadi, tiba-tiba ia terbangun dan hampir ia pingsan ketika melihat betapa seorang laki-laki yang berpakaian mewah dan berwajah tampan sedang memeluk dan menciuminya dan jari-jari tangan laki-laki ini merenggut pakaiannya sehingga robek-robek.

Sejenak gadis itu tidak dapat menjerit saking kaget dan juga karena mulutnya tertutup oleh ciuman-ciuman penuh nafsu yang membuatnya bernapas pun sukar, apalagi menjerit. Ia hanya dapat membelalakkan mata dan meronta-ronta, namun agaknya gerakan meronta ini menambah berkobarnya nafsu jalang laki-laki itu.

"Diamlah manisku, diamlah nona... aduh, betapa cantik jelita engkau.." laki-laki itu berbisik dengan napas mendengus-dengus dan kesempatan ini dipergunakan oleh nona yang mulutnya bebas.

Akan tetapi hanya satu kali saja dia dapat menjerit karena mulutnya segera tertutup kembali oleh mulut laki-laki itu dan lehernya dilingkari jari-jari tangan yang kuat.

"Kalau kau menjerit lagi, kucekik mampus kau!" laki-laki itu mendesiskan bisikan marah, akan tetapi gadis itu tak dapat menjerit lagi karena saking ngeri dan takutnya ia telah kehilangan suara dan setengah pingsan.

Akan tetapi jeritnya yang satu kali tadi sudah cukup. Ayahnya adalah seorang bangsawan, seorang pembesar militer yang berjasa dalam perang, sebagai seorang di antara panglima dari utara. Pada malam hari itu, ayahnya sedang menjamu banyak orang gagah yang dahulu membantu gerakan bala tentara dari utara yang dipimpin oleh Raja Muda Yung Lo yang gagah perkasa.

Malam hari itu, ada lima orang kang-ouw yang berkepandaian tinggi sedang dijamu ayahnya. Karena ini, jerit melengking itu segera terdengar oleh mereka dan bersama panglima ayah gadis itu sendiri mereka berenam sudah berkelebat cepat sekali menuju ke kamar si gadis.

“A-hwi..!"

Panglima itu berseru memanggil puterinya, akan tetapi tidak ada jawaban. Sambil menggereng penuh kekhawatiran, yang tinggi besar menerjang daun pintu kamar puterinya. Daun pintu bobol dan roboh, disusul enam bayangan orang gagah itu berkelebat memasuki kamar.






"A-hwi....!"

Kini teriakan panglima itu adalah teriakan yang menyayat hati, teriakan setengah marah setengah menangis menyaksikan keadaan puterinya yang rebah terlentang dalam keadaan telanjang dan matanya mendelik, lidahnya keluar, tidak bernapas lagi! Jelas bahwa dia mati tercekik.

Lima orang gagah itu adalah orang-orang yang berpengalaman. Melihat keadaan kamar sekelebatan saja mereka sudah menemukan lubang di atas rumah, maka seperti berlumba mereka lalu melayang naik melalui lubang itu menembus atap dan hinggap di atas genteng. Mereka melihat bayangan orang berjalan seenaknya di atas genteng meninggalkan tempat itu.

"Berhenti...!" Lima orang itu meloncat maju mengejar.

Bayangan yang melangkah seenaknya di atas genteng itu berhenti lalu membalikkan tubuhnya menghadapi lima orang itu.

Mereka berlima tercegang ketika melihat bahwa bayangan itu adalah seorang laki-laki yang usianya kurang lebih empat puluh tahun, berwajah tampan sekali dan tubuhnya tinggi besar gagah. Pakaiannya indah dan mewah, muka dan rambutnya juga terpelihara baik-baik.

Seorang laki-laki pesolek yang menambah halusnya wajah dengan bedak halus tipis bahkan kehitaman alis dan kemerahan bibir itu pun amat diragukan keasliannya. Ketika lima orang kang-ouw yang tak mengenal laki-laki ini melihat perhiasan bunga teratai emas di atas dada laki-laki itu, mereka terkejut dan seorang diantara mereka berseru.

"Kim-lian jai-hwa-ong!!"

Nama ini memang amat terkenal di dunia kang-ouw semenjak belasan tahun yang lalu. Dunia kang-ouw sudah geger sejak lama oleh munculnya nama ini, akan tetapi karena tokoh dunia hitam ini tak pernah mengganggu orang-orang kang-ouw dan selalu menjauhkan diri dari bentrokan, maka jarang ada yang mengenal orangnya.

Hal ini bukan saja karena tokoh ini jarang memperlihatkan muka, juga hebatnya adalah bahwa setiap kali ada tokoh kang-ouw bertemu dengan dia, tentu tokoh kang-ouw itu kedapatan tewas. Dengan demikian orang kang-ouw yang pernah bertemu dengan dia tidak ada kesempatan lagi menceritakan kepada lain orang bagaimana macamnya tokoh ini.

Dia dijuluki Kim-lian (Teratai Emas) karena bajunya selalu dihiasi perhiasan bunga teratai dari emas. Dan julukannya Jai-hwa-hong (Raja Pemetik Bunga) sudah jelas menyatakan apakah macam "pekerjaan" tokoh ini, yaitu memetik bunga atau pemerkosa wanita di samping menyambar perhiasan-perhiasan berharga yang berada di kamar wanita-wanita itu.

Itulah sebabnya mengapa lima orang kang-ouw itu kaget setengah mati ketika melihat hiasan bunga teratai merah di dada laki-laki itu. Sudah menjadi kembang bibir di dunia kang-ouw bahwa bertemu Kim-lian Jai-hwa-ong berarti bertemu dengan maut sendiri!

Akan tetapi, mereka berlima adalah orang-orang yang memiliki ilmu kepandaian tinggi maka tentu saja tidak menjadi gentar, apalagi mengingat betapa penjahat ini telah membunuh puteri tuan rumah, membuat mereka marah sekali.

Jai-hwa-ong itu tersenyum dan sinar bulan yang menimpa wajahnya membuat wajah itu tampak makin tampan, senyumnya memikat dan giginya berkilauan putih bersih. Kumis tipis diatas bibir itu bergerak-gerak ketika dia berkata lirih mengejek.

"Kalian berlima sudah mengenal aku, tahukah kalian apa jadinya dengan orang yang mengenalku?"

“Kim-lian Jai-hwa-ong, engkau boleh saja terkenal sebagai pembunuh setiap orang kang-ouw yang bertemu denganmu. Akan tetapi jangan mengira kami takut menghadapi seorang penjahat rendah macam engkau! Kami Pak-san Ngo-houw (Lima Harimau Pegunungan Utara) sudah mengikuti penyerbuan tentara utara ke selatan, sudah menghadapi penderitaan dan ancaman maut ribuan kali, dan entah sudah berapa ratus penjahat macam engkau ini kami basmi!" bentak seorang di antara lima orang tokoh dengan ucapan ini, mereka berlima sudah mencabut golok masing-masing sehingga tampak sinar-sinar berkilat.

Namun laki-laki pesolek itu tidak keliatan marah memperlebar senyumnya lalu berkata,
"Aha, kiranya kalian adalah lima ekor tikus pegunungan utara? Bagus sekali! Biarlah kalian tidak akan mati penasaran dan kenalilah aku baik-baik. Aku bernama Siauw Lek dan aku adalah murid Go-bi Chit-kwi, maka kini sekali bertemu dengan aku jangan harap kalian akan dapat hidup lagi!"

Lima orang gagah itu sudah menerjang sambil membentak marah sekali, golok mereka berkelebat seperti kilat menyambar ke arah tubuh laki-laki pesolek yang masih tersenyum itu. Akan tetapi penjahat bernama Siauw lek itu ternyata bukan bersikap sombong yang kosong belaka. Tubuhnya berkelebat dan semua serangan golok lima buah itu mengenai tempat kosong.

Cepat sekali gerakan penjahat itu dan ginkangnya sudah mencapai tingkat amat tinggi sehingga begitu diserang dia lenyap dan tahu-tahu telah berada di belakang lima orang itu sambil tertawa mengejek!

Lima orang itu cepat membalikkan tubuh sambil melintangkan golok, kemudian pemimpin mereka yang teringat bahwa mungkin penjahat ini merupakan utusan sisa-sisa musuh di selatan, segera menahan senjatanya dan bertanya dengan suar nyaring.

"Penjahat hina she Siauw ! Sebelum engkau mampus di tangan kami, katakanlah mengapa engkau membunuh puteri The-ciangkun?"

Penjahat itu tertawa bergelak.
"Ha-ha-ha, kalian ingin tahu pula tentang hal itu? Nah. Dengarlah. Aku di sebut Raja Pemetik Bunga dan memang aku suka sekali akan kembang-kembang harum bermadu. Aku seperti seorang kumbang yang mencari madu-madu bunga. Kalau ada bunga dengan senang hati membuka kelopaknya dan menyerahkan madunya kepadaku, aku akan terbang pergi dengan kenang-kenangan manis. Akan tetapi kalau ada bunga tidak suka menyerahkan madunya, akan kurontokkan dia! Dara di bawah itu tidak mau menyerah, bahkan menjerit, terpaksa ku cekik dia sampai mati. Ada jalan hidup senang dia memilih mati konyol! Kalau dia menyerah, aku akan puas, dia akan hidup dan senang dan... Ha-ha-ha, dasar nasib, kalian pun akan mampus!"

"Keparat hina!"

Lima orang harimau gunung utara itu menjadi marah sekali dan kembali lima batang golok mereka menyambar, Tiba-tiba tampak sinar hitam berkelebat dan di susul suara trang-trang lima kali. Lima orang kang-ouw itu terkejut karena pedang hitam di tangan Siauw Lek yang tadi berkelebat telah menangkis golok-golok mereka dan begitu bertemu, golok mereka patah semua!

"Tangkap penjahat...!"

Terdengar seruan dari bawah dan belasan orang pengawal The-ciangkun yang berkepandaian lumayan sudah melayang naik ke atas genteng.

Akan tetapi terdengar Kim-lian Jai-hwa-ong Siauw Lek tertawa, tangan kirinya bergerak dan belasan batang senjata berberntuk paku-paku yang disebut Hek-tok-ting (Paku Racun Hitam) meluncur cepat sekali, menyambut tubuh para pengawal yang sedang meloncat sehingga tubuh mereka terkena senjata rahasia dan jatuh kembali ke bawah didahului teriakan-teriakan mengerikan karena sebelum tubuh mereka terbanting ke tanah, mereka itu telah tewas oleh paku-paku yang mengandung racun jahat itu!

"Lima ekor tikus rebahlah!"

Kini Siauw Lek menggerakkan pedangnya yang berwarna hitam, cepat sekali gerakannya, pedangnya berubah menjadi sinar panjang yang mengeluarkan suara bercuitan. Lima orang gagah itu mencoba mengelak sambil menangkis dengan golok buntung, namun sia-sia belaka karena sinar pedang itu menebas tangan yang memegang golok terus meluncur ke arah leher mereka. Lima orang gagah itu tidak sempat untuk berteriak pula. Tubuh mereka menggelundung dari atas genteng dengan kepala terpisah dari tubuh!

Panglima The yang menjadi marah sekali melihat belasan orang pengawalnya roboh binasa termakan paku-paku beracun, sudah mengepalai banyak sekali pengawal dan melompat naik ke atas genteng. Akan tetapi mereka tidak melihat sesuatu di atas genteng. Sunyi saja dan tidak tampak bayangan seorang pun manusia. Panglima ini menjadi marah bukan main melihat lima orang sahabatnya tewas dengan leher putus, dan malam itu juga dia mengerahkan pasukan melakukan pengejaran dan mencari si penjahat.

Akan tetapi, mereka yang pernah melihat penjahat itu, Lima Harimau Pegunungan Utara dan para pengawal yang meloncat naik pertama kali, semua telah tewas. Tak seorang pun di antara yang lain sempat melihatnya. Kemana hendak mengejar dan mencari? Orangnya pun tidak dikenal!

Kembali dunia kang-ouw menjadi geger dengan terjadinya peristiwa mengerikan itu, dan biarpun tidak ada yang melihat penjahat itu, namun paku-paku hitam beracun itu cukup menyatakan bahwa yang melakukan pembunuhan-pembunuhan itu bukan lain adalah Kim-lian Jai-hwa-ong Siauw Lek!

Apalagi ketika di antara para pengawal yang masih berada di bawah genteng menyatakan bahwa dia melihat berkelebatnya sinar pedang hitam, maka orang-orang di dunia kang-ouw tidak ragu-ragu lagi bahwa pedang itu tentulah pedang Hek-liong-kiam (Pedang Naga Hitam) senjata penjahat cabul itu.

Memang lihai sekali Kim-lian Jai-hwa-ong Siauw Lek. Kelihaiannya tidaklah mengherankan kalau diingat bahwa dia adalah murid tunggal Go-bi Chit-kwi yang amat lihai itu. Go-bi Chit-kwi sebelum mengundurkan diri dari dunia ramai merupakan datuk hitam yang amat ditakuti di seluruh dunia kang-ouw. Bahkan Bu-tek Su-kwi si empat iblis yang kini menjagoi di antara golongan sesat, masih merupakan orang-orang muda yang belum begitu ternama ketika Go-bi Chit-kwi sudah amat terkenal.

Ketika Bu-tek Su-kwi masih muda, mereka pun gentar menghadapi Tujuh Setan Go-bi, dan orang pertama dari Bu-tek Su-kwi, yaitu Lam-hai Sin-ni, pernah dirobohkan dan hampir diperkosa oleh tujuh setan ini kalau saja tidak muncul mendiang Sin-jiu Kiam-ong yang menolong wanita itu.

Kini Go-bi Chit-kwi telah meninggal dunia di sebuah puncak di Pegunungan Go-bi-san. Akan tetapi sebelum mereka meninggal dunia, mereka menurunkan ilmu kepada murid mereka yang hanya seorang, yaitu Siauw Lek. Untuk menamatkan pelajarannya pada tujuh orang guru itu, Siauw Lek belajar sampai dua puluh tahun, dan baru setelah dia berusia tiga puluh tahun, dia turun gunung dan begitu turun gunung setelah memiliki ilmu kepandaian tinggi, gegerlah dunia kang-ouw dengan munculnya seorang jago yang mengumbar nafsunya dengan memperkosa wanita-wanita yang disukainya! Maka muncullah julukan Kim-lian Jai-hwa-ong yang tak pernah dilihat orang, atau pernah pula dilihat orang-orang yang begitu bertemu dengannya tentu dibunuhnya!

Pedang Kayu Harum







Tidak ada komentar: