*

*

Ads

FB

Rabu, 16 November 2016

Petualang Asmara Jilid 144

“Kun Liong! Jangan mau tertipu...!”

Tiba-tiba Hong Ing berteriak, akan tetapi karena Kun Liong sudah dibelenggu, pemuda itu tidak dapat berbuat sesuatu, apalagi karena dia memang tidak berani bergerak, takut kalau Hong Ing dibunuh oleh Kim Seng Siocia yang aneh itu.

“Hi-hi-hik, nikouw lancang. Siapa mau menipunya? Aku mau mengambilnya sebagai suami, dan engkau adalah pendetanya yang akan memberkati dan berdoa untuk kami suami isteri, sepasang pengantin baru. Hi-hi-hik!”

Kim Seng Siocia tertawa-tawa dan sudah tidak “menodong” Hong Ing lagi karena melihat bahwa Kun Liong sudah terbelenggu erat-erat.

“Kun Liong...!” Hong Ing yang merasa tidak diancam lagi, melihat Kun Liong dibelenggu, lalu berlari menghampiri pemuda itu. “Kun Liong, selagi masih ada kesempatan, larilah. Jangan kau hiraukan aku. Kau terjebak, di sini ada Marcus...”

Tiba-tiba terdengar suara ketawa bergelak dan Marcus muncul dari pintu samping. Kim Seng Siocia sudah mencelat dari tempat duduknya, dengan cepatnya dia menggunakan sisa tali pengikat Hong Ing yang masih panjang untuk dilibat-libatkan pada tubuh Kun Liong dan Hong Ing sehingga kedua orang ini sekarang diikat menjadi satu, saling membelakangi. Keadaan ini membuat mereka tak dapat berkutik lagi!

Kun Liong terkejut ketika melihat Marcus, akan tetapi dia bersikap tenang saja karena betapapun juga, dia harus mengalah untuk menyelamatkan Hong Ing yang tadi sudah terancam. Sekarang, dia berusaha melepaskan diri dari belenggu secara diam-diam, namun terkejutlah dia ketika mendapat kenyataan bahwa tali yang mengikat mereka itu tak mungkin dapat dipatahkan karena mulur dan ulet seperti karet.

Maka dia tenang kembali dan ingin melihat perkembangan keadaan sambil menanti terbukanya kesempatan untuk menolong Hong Ing. Maka dia lalu berkata lirih dan jari tangannya menyentuh dan memberi isyarat kepada lengan dara itu yang menempel dengan lengannya sendiri.

“Tenanglah, Hong Ing. Aku yakin bahwa Kim Seng Siocia tidak berniat buruk terhadap kita berdua.”

“Tentu saja tidak, Kun Liong. Aku akan mengangkatmu menjadi suamiku, apakah itu niat buruk?” Nona gendut itu berteriak.

“Bagus sekali! Aku mengucapkan selamat, Siocia. Memang dia pantas menjadi suamimu, tampan, gagah dan... berharga sekali! Dan Pek Nikouw itu hanya seorang nikouw palsu, dia gadis cantik dan... biarlah dia untuk aku saja.” kata Marcus.

“Marcus, kubunuh kau kalau...” Kun Liong membentak, kemudian menoleh kepada Kim Seng Siocia yang sudah duduk lagi di atas kursi besar itu. “Siocia, kau sudah berjanji akan membebaskan Hong Ing! Kalau kau melanggar janji dan berani menyerahkan Nona Pek Hong Ing kepada babi putih itu, aku pun sampai mati tidak akan sudi menyerah kepadamu.”

“Bocah gundul, kau masih banyak lagak, ya?” Marcus melangkah maju, hendak memukul kepala Kun Liong.

“Marcus, apa kau sudah bosan hidup, berani hendak memukul calon suamiku? Hayo keluar kau dari sini!”






Kim Seng Siocia membentak dan pemuda berkulit putih itu segera meninggalkan ruangan sambil bersungut-sungut tidak puas.

Setelah Marcus pergi, Kim Seng Siocia dengan muka ramah menuding kepada Kun Liong sambil berkata,

“Yap Kun Liong, apakah engkau benar-benar telah menyerah kepadaku?”

“Kim Seng Siocia, buktinya aku tidak melakukan perlawanan.”

“Bagus, kalau begitu, akan kupersiapkan pesta untuk upacara pernikahan kita dan...”

“Apa?” Kun Liong bergerak-gerak sehingga Hong Ing ikut terbawa. Keduanya terhuyung karena diikat menjadi satu seperti itu membuat kaki mereka sukar bergerak dan sedikit gerakan saja membuat mereka kehilangan keseimbangan tubuh. “Kau bilang... pernikahan?”

“Hemm, Yap Kun Liong, seorang laki-laki sejati tidak akan menjilat kembali ludah yang sudah dikeluarkannya. Engkau bilang menyerah, tapi...”

“Siocia! Menyerah dan menikah tidaklah sama! Aku hanya menyerah dan tidak melawan seperti kukatakan tadi, dan kau berjanji akan membebaskan Hong Ing.”

“Kalau begitu, kau tidak mau menjadi suamiku?” Mulut lebar yang tadinya tersenyum ramah itu, kini mewek seperti mau menangis.

“Siocia, maafkan aku. Aku tidak ingin menikah, tidak ingin menjadi suami siapapun juga.”

Sepasang mata wanita itu menyinarkan api kemarahan.
“Begitukah? Kalau begitu, Pek Nikouw akan kusiksa sampai mati di depan matamu!”

Dia meloncat dekat, menggunakan tali lain lagi untuk membelenggu kedua kaki Kun Liong, bahkan juga leher pemuda itu dikalungi tali dan tubuhnya dibelenggu erat-erat seperti seekor kerbau hendak disembelih, kemudian dibantu oleh Acui dan Amoi mereka bertiga memisahkan Hong Ing dan Kun Liong.

“Ambil cambukku!” bentaknya dengan marah dan Amoi segera berlari masuk, tak lama lagi keluar membawa sebatang cambuk hitam yang panjang. Cambuk itu kecil panjang mengerikan karena ujungnya dipasangi benda-benda kecil tajam meruncing!

“Tar-tar-tar!!” Cambuk itu meledak-ledak ketika diayun di atas kepala Kim Seng Siocia.

Hong Ing sudah memejamkan matanya, berdiri tegak dan siap menerima siksaan, siap pula menerima kematian. Dia tidak mau mendengar Kun Liong menerima menjadi suami wanita gendut itu. Lebih baik dia mati daripada Kun Liong berkorban seperti itu!

“Siocia, tahan dulu...!”

Kun Liong berteriak dengan mata terbelalak penuh kengerian membayangkan betapa kulit Hong Ing yang halus akan cabik-cabik digigit ujung cambuk mengerikan itu.

Cambuk yang sudah diputar-putar itu turun dan Kim Seng Siocia memandang Kun Liong dengan senyum simpul.

“Kun Liong, tadi ketika aku bertanding denganmu, aku sengaja mengalah. Kalau aku menggunakan cambukku ini, senjata maut yang kuandalkan, kau takkan mampu menang. Akan tetapi mana aku tega melukaimu, kau calon suamiku?”

“Kim Seng Siocia, kau bebaskan Hong Ing dan aku menerima permintaanmu.”

“Kun Liong, jangan!” Hong Ing menjerit dan mukanya merah sekali, terasa panas karena kemarahannya. “Biar aku dia bunuh, jangan kau penuhi permintaannya yang gila itu!”

Setelah mengeluarkan ucapan keras ini, diam-diam Hong Ing menjadi terheran-heran sendiri. Mengapa dia peduli amat apakah Kun Liong akan menjadi suami wanita itu atau tidak? Mengapa dia tidak rela melihat Kun Liong menjadi suami Kim Seng Siocia, bahkan dia lebih suka mati?

“Hong Ing, diamlah!”

Kun Liong berkata, hatinya gelisah sekali sehingga dia sendiri pun tidak ingat lagi akan keanehan sikap Hong Ing. Satu-satunya yang penting bagi Kun Liong hanya menyelamatkan Hong Ing, dengan tebusan apapun juga!

“Kau... kau mau menurut? Kau mau menjadi suamiku?”

Kun Liong menganggukkan kepalanya yang gundul ditambah kata-kata lirih,
“Asal engkau membebaskan Hong Ing.”

“Horeee...! Kau mau menjadi suamiku? Ha-ha, yahuuu...!”

Kim Seng Siocia meloncat turun, menari-nari mengelilingi Kun Liong, lalu berhenti di depan pemuda itu, memegangi kepala Kun Liong, menariknya ke depan lalu...

“cuuuppp...!”

Kepala pemuda itu diciumnya sedemikian rupa sehingga Kun Liong merasa seolah-olah kepalanya dicap dengan besi panas!

“Terima kasih, calon suamiku! Acui, Amoi, persiapkan pesta untuk...”

“Siocia, aku menerima hanya dengan satu syarat, kalau tidak, biar kau membunuh kami berdua, aku tidak peduli lagi!”

“Wah-wah, laki-laki kalau muda dan tampan, ada juga rewelnya, minta syarat segala macam. Anak bagus, syaratmu apakah? Tentu akan kupenuhi, jangan khawatir, Kim Seng Siocia adalah ratu di sini. Kau mau selir? Tinggal pilih! Acui ini yang cantik tenang, atau Amoi yang manis panas, atau kalau kau kehendaki, kau boleh ambil nikouw ini sebagai selirmu, seperti juga aku akan mengambil selir-selir yang kusukai. Mau harta benda? Sebut saja apa yang kau inginkan, tentu akan kupenuhi! Atau kau punya musuh? Akan kubantu kau sampai musuhmu hancur binasa. Kita suami isteri harus saling membantu, bukan?”

Kun Liong menjadi muak mendengar ini, akan tetapi dia bersikap tenang dan berkata sungguh-sungguh,

“Bukan itu semua. Syaratku yang terutama, nona Pek Hong Ing harus dibebaskan, dan kedua, tidak perlu diadakan pesta dan pernikahan.”

Kim Seng Siocia membelalakkan matanya. “Waaah, lha ini... ini bagaimana?”

“Pendeknya, kau terima atau tidak, aku tidak mau tawar-menawar lagi.”

Kim Seng Siocia memutar biji matanya, kemudian menarik napas panjang dan menggerakkan kedua pundaknya yang besar dan lebar.

“Apa boleh buat, asal engkau suka menjadi suamiku. Aku pun punya syarat dan kalau engkau adil, engkau harus menerima syarat ini.”

“Apa itu?”

Kun Liong bertanya, hatinya tidak enak karena dia menduga bahwa di dalam sikapnya yang ketolol-tololan itu, wanita gendut ini agaknya cerdik sekali.

“Engkau harus membuktikan dulu kesanggupanmu menjadi suamiku, malam ini. Sementara itu, Pek Nikouw akan dijaga ketat oleh Acui dan Amoi. Kalau sedikit saja engkau bergerak melawan, sekali aku berteriak, mereka akan membunuh Pek Nikouw dan aku akan menempurmu mati-matian dengan cambukku. Akan tetapi kalau kau sudah benar-benar membuktikan kemauanmu menjadi suamiku yang baik dan yang tercinta, barulah pada besok pagi dia kubebaskan!”

Kun Liong mengerutkan alisnya. Benar saja dugaannya. Perempuan ini cerdik sekali dan agaknya sudah mencurigainya. Memang dia tadi mengandung niatan hati bahwa sekali Hong Ing sudah bebas, sampai mati pun dia tidak mau “diperkosa” atau dipaksa menjadi suami wanita ini diluar kehendak hatinya! Sekarang wanita itu telah menggunakan Hong Ing sebagai sandera!

Terpaksa dia mengangguk dan berbisik,
“Baiklah, akan tetapi kau harus bersumpah tidak akan membohong besok pagi untuk membebaskan Hong Ing.”

Sepasang mata itu melotot.
“Yap Kun Liong, kau kira aku orang macam apa? Aku adalah pewaris dari Go-bi Thai-houw sekali bicara tentu takkan kulanggar sendiri!”

“Kun Liong, jangan percaya kepadanya!” Kembali Hong Ing berseru, hatinya panas sekali. “Aku tidak takut mati, jangan kau korbankan diri untukku!”

“Cusss!”

Tangan Acui bergerak dan Hong Ing sudah menjadi gagu karena tertotok jalan darahnya di leher.

“Hi-hik, bagus, Acui. Nah, Kun Liong, kalau kau banyak rewel, akan kusuruh Acui turun tangan membunuh Pek Nikouw. Aku berjanji akan membebaskannya besok pagi kalau malam ini kau benar-benar dengan sukarela suka menjadi suamiku!”

Pucat wajah Kun Liong. Di dalam hatinya, tentu saja dia tidak sudi menjadi suami orang dengan paksaan seperti itu. Dia tidak sudi diperkosa wanita! Akan tetapi dia melihat jelas bahwa kalau dia menolak, tentu wanita gemuk yang aneh dan lihai ini tidak segan-segan untuk melaksanakan ancamannya, yaitu membunuh Hong Ing. Maka dengan muka muram dan tubuh lesu dia mengangguk,

“Baik, aku menyerah.”

“Bawalah dia pergi dan siaplah kalian membunuhnya kalau Kun Liong main gila hendak melawan.”

Acui dan Amoi mengangguk, kemudian membawa Hong Ing yang terikat kuat itu pergi meninggalkan ruangan, diikuti oleh suara ketawa Kim Sim Siocia yang kemudian turun dari kursinya, langsung dia melepaskan tali yang mengikat tubuh dan kedua lengan Kun Liong.

Petualang Asmara







Tidak ada komentar: