*

*

Ads

FB

Kamis, 18 Agustus 2016

Pedang Kayu Harum Jilid 111

"Akan tetapi, Taijin, harap lihat gerakan kakinya. Bukankah berdasarkan Ngo-heng? Gerakan kakinya seperti Ilmu Silat Ngo-heng Kun Hoat, akan tetapi gerakan atasnya lain. Dan lingkaran-lingkaran itu amat aneh....!"

Demikian Ma Huan berkata. Kedua orang ini saking kagum dan tertariknya, bicara dengan suara keras sambil menonton, lupa bahwa di situ ada tujuh orang pengawal rahasia yang juga menonton dengan bengong dan kagum.

Kata-kata kedua orang pembesar itu tidak terlepas dari pendengaran Keng Hong dan pemuda ini terkejut. Biarpun tidak dapat menebak dengan tepat, namun pernyataan kedua orang itu sudah mendekati rahasia Ilmu Silat Thai Kek Sin-kun ! Hal itu sudah cukup membuktikan bahwa The Ho dan Ma Huan tentu bukan sembarang pembesar, melainkan orang-orang yang sakti, dan mungkin lebih lihai! Maka dia berlaku hati-hati sekali.

"Sambutlah!"

Tiba-tiba Hok Gwan mengirim tendangan kilat. Itulah ilmu tendangan yang amat terkenal di Tiongkok Utara yang disebut Soan-hong-twi atau Tendangan Angin Taufan yang datangnya amat cepat dan susul-menyusul, sedangkan yang diarah oleh kedua kaki adalah bagian atas tubuh.

Ketika kaki lawan menendang ke arah tenggorokannya dengan cepat sekali, Keng Hong lalu membuat gerakan yang indah. Kaki kirinya diluruskan ke depan dengan tumit menempel lantai,

Kaki kanan berjongkok ketika dia mengelak dari tendangan yang menyambar lewat di atas kepalanya, tangan kiri yang tadinya melingkar di depan pusar itu membuat gerakan melingkar ke atas sambil mengangkat tubuh menjadi tegak dan dari tangan kanan yang tadinya melingkar di depan dada secara tiba-tiba mendorong ke depan dengan tangan kiri ditarik ke atas kepala. Inilah jurus yang disebut "Bidadari Meneropong" dari Ilmu silat Thai-kek Sin-kun!

Gerakan yang sederhana namun karena dilakukan sebagai lanjutan mengelak tendangan dan pukulan dengan tangan kanan mendorong itu mengandung tenaga sinkang yang hebat luar biasa, membuat Hok Gwan yang tendangannya luput tadi terkejut. Ia masih dapat menjatuhkan diri ke kanan dan bergulingan, tendangan dari pukulan sakti, namun dia mengalami kekagetan dan ketika melompat bangun dia lalu menyerang lagi dengan hati-hati, lebih mengerahkan tenaga dan perhatian untuk bertahan!

Pertandingan antara jago sakti ini berlangsung sampai seratus jurus lebih dan para pengawal yang menonton pertandingan itu menahan napas. Bahkan Cui Im sendiri merasa penasaran sekali menyaksikan kehebatan ilmu silat yang dimainkan Keng Hong. Ia menjadi bingung dan menduga-duga. Dari mana Keng Hong mendapatkan ilmu ini? Semua kitab telah dibacanya, dipelajari, bahkan kitab-kitab itu telah dibawanya. Apakah guru pemuda itu, Sin-jiu Kiam-ong, mempunyai simpanan kitab lain yang tak dilihatnya? Diam-diam ia menyumpah di dalam hati dan merasa menyesal mengapa dahulu di tempat rahasia ia tergesa-gesa berusaha melenyapkan Keng Hong. Kini menyaksikan kelihaian Keng Hong dia merasa ragu-ragu apakah dia akan dapat mengatasi pemuda yang makin lihai itu.






Biarpun Tio Hok Gwan ternyata amat lihai dan pertahanannya amat kuat, namun makin lama dia makin terdesak hebat. The Ho dan Ma Huan menonton dengan gembira, dan biarpun The Ho maklum bahwa pengawalnya tidak akan dapat menangkan Keng Hong. Namun dia tidak mau menghentikan pertandingan itu saking tertariknya dan ingin menonton sepuasnya!

Hok Gwan diam-diam merasa penasaran sekali. Selama hidupnya, baru sekali ini baru bertemu tanding yang membuatnya kehabisan akal dan terpaksa harus mengerahkan seluruh tenaga dan kepandaiannya untuk membela diri, membentuk pertahanan yang amat kuat.

Namun, ilmu silat yang melakukan gerakan-gerakan tangan melingkar-lingkar itu membingungkannya dan pengawal lihai ini pun maklum bahwa kalau dilanjutkan, lambat laun dia tentu akan roboh. Gerakan aneh dari lawannya sudah beberapa kali hampir dapat menyusup dan membobolkan pertahanannya. Ia merasa malu kalau harus menderita kekalahan di depan junjungannya. Tak lama lagi junjungannya akan memimpin barisan menyerang lautan dan dialah yang selalu akan diandalkan untuk melindungi pembesar itu. Kalau kini dia kalah oleh seorang pemuda yang usianya baru dua puluh tahun lebih, bukankah dia akan kehilangan muka?

Karena itu, tiba-tiba pengawal ini mengeluarkan pekik yang menyerupai gerengan harimau marah, kedua tangannya membalas dengan pukulan nekat. Biarpun dia maklum bahwa dengan mengubah gerakan bertahan menjadi menyerang ini membuka sebagian pertahanannya dan dia dapat celaka, namun dia yakin bahwa kalau lawan melakukan penyerangan, sebuah daripada kedua tangannya akan mengenai sasaran pula dan kalau perlu dia akan roboh bersama lawannya. Pokoknya asal dia tidak kalah. Kalau keduanya roboh, berarti tidak ada yang menang!

Keng Hong tadinya bersilat dengan tekun dan sabar. Maklum akan pertahanan lawan yang amat kuat, dia tahu bahwa kalau akan menjatuhkan lawan tanpa melukainya, dia harus membuat lawan lelah dan pening. Akan tetapi tiba-tiba dia melihat lawannya menyerang hebat, tidak begitu memperdulikan lagi pertahanannya. Ia terkejut, tahu bahwa lawan menjadi nekat dan pantang kalah. Satu-satunya jalan untuk mencapai kemenangan harus melancarkan pukulan maut mendahului kedua tangan lawan.

Posisi tubuhnya lebih baik karena dia dalam keadaan menekan. Kedua tangan menyambar lurus menuju dada dan lehernya sehingga penjagaan tubuh lawan di bagian bawah terbuka. Kalau dia merendahkan diri, membuat gerakan melingkar dan menyerang perut dan pusar lawan, dia yakin pasti menang.

Akan tetapi kalau hal ini dia lakukan, berarti Tio Hok Gwan akan menderita luka berat dan mungkin sekali tewas. Padahal dia tidak menghendaki hal ini terjadi. Ia maklum bahwa pembesar yang memiliki wibawa luar biasa itu tidak bermaksud buruk terhadap dirinya, dan kalau kini mengujinya semata-mata memang ingin sekali menyaksikan kepandaiannya, hal ini terbukti ketika dia tadi melirik ke arah dua orang pembesar itu, mereka itu menonton dengan wajah berseri dan pandang mata kagum, sama sekali tidak menjadi khawatir atau penasaran melihat pengawalnya didesak.

"Haaaiiittttt!"

Pukulan tangan kanan Hok Gwan menghantam pundaknya, pukulan tangan kiri menghantam lehernya, namun Keng Hong kini menghentikan gerakannya sama sekali, mengerahkan sinkangnya dan menggunakan tenaga mujijatnya yang tidak akan dia keluarkan seandainya keadaan tidak seperti itu.

"Bukkk! Dessssss!!"

Dua pukulan itu tiba pada saat yang hampir bersamaan, hanya setengah detik selisihnya. The Ho dan Ma Huan berseru kaget. Mereka benar-benar kaget dan menyesal karena mereka tadi hanya ingin menguji, sama sekali tidak bermaksud menyuruh pengawal itu membunuh pemuda yang amat lihai itu.

Dan melihat betapa pemuda itu yang tadinya sudah "menang angin" kini menerima pukulan begitu saja tanpa mengelak atau menangkis. Mereka cukup maklum betapa hebatnya pukulan kedua tangan Hok Gwan mampu memukul pohon menjadi remuk isi batangnya tanpa melecetkan kulit batang pohon! Tembok yang ditutup kertas tipis akan hancur oleh pukulan ini tanpa merobek kertasnya!

Akan tetapi kekagetan kedua orang pembesar ini disusul keheranan yang amat besar sehingga mereka melongo. The Ho adalah seorang pembesar sakti dan sudah mengalami banyak hal aneh-aneh, akan tetapi belum pernah dia menyaksikan yang seaneh itu. Jelas bahwa kedua kepalan tangan Hok Gwan mengenai leher dan pundak Keng Hong, akan tetapi pukulan-pukulan itu seperti dua buah batu besar dilempar ke permukaan telaga yang dalam dan amblas tanpa bekas!

Tangan Hok Gwan yang kiri masih menempel di leher Keng Hong, sedangkan tangan kanannya masih melekat di pundak, akan tetapi pengawalnya itu kini membelakkan kedua mata yang biasanya sipit mengantuk itu, seolah-olah dia bangun tidur karena disiram air, mukanya pucat dan mulutnya mengeluarkan suara merintih!

Kedua tangan itu tidak bisa ditariknya kembali seperti biasa dilakukan oleh ahli silat yang setiap memukul tentu menggunakan sasaran untuk menendang balik pukulannya. Kedua tangan itu melekat pada leher dan pundak Keng Hong sedangkan pemuda yang dipukul itu sama sekali tidak bergerak, seolah-olah tidak merasa sesuatu.

"Aihhh.... Thi-khi-I-beng ...!"

Cui Im berseru kaget karena dia maklum bahwa ilmu yang dimiliki Keng Hong itu adalah ilmuya yang tidak wajar, yaitu yang dimiliki Keng Hong bukan berdasarkan ilmu, melainkan karena sesuatu keanehan dan biasanya pemuda itu tidak tahu bagaimana harus membebaskan lawan yang telah tersedot sinkangnya.

Sejenak teringatlah wanita ini betapa dahulu, tanpa disengaja, Keng Hong telah "menyedot" pula sinkangnya secara halus ketika mereka memadu asmara! Sedetik mukanya menjadi merah sekali dan ia sudah melangkah maju hendak membantu Hok Gwan. Akan tetapi ketika sinar matanya bertemu dengan pandang mata The Ho, dia mundur lagi. Jelas tampak bahwa pembesar itu melarang dia turun tangan. Dan memang sesungguhnya The Ho sendiri tidak tahu akan keadaan pengawalnya sungguhpun dia heran mengapa pengawalnya tidak bergerak dan wajah pengawalnya itu menjadi pucat sekali.

Tio Hok Gwan merasa betapa tenaga sinkangnya membanjir keluar melalui kedua tangannya. Ia terkejut dan berusaha menarik tangan, makin keras pula tenaga sinkangnya membanjir keluar. Ia terkejut dan matanya terbelalak saking herannya.

Ketika Keng Hong mendengar seruan Cui Im, dia teringat dan cepat sekali dia mengeluarkan pekik melengking dan menggerakkan tubuh sendiri ke belakang dan menggunakan sinkang menolak.

Tio Hok Gwan berteriak dan tubuh pengawal ini mencelat ke belakang seperti dilontarkan, sedangkan tubuh Keng Hong sendiri berjungkir balik sampai lima kali ke belakang.

Tio Hok Gwan masih dapat turun di atas kedua kakinya dengan terhuyung. Ia berdiri dan memandang Keng Hong dengan wajah pucat. Kaget sekali pengawal ini dan dia tidak lagi berani bergerak, melainkan menarik napas dalam-dalam untuk memulihkan tenaga dan menyalurkan sinkang ke pusar, kemudian memutar hawa panas dari pusar untuk menyelidiki keadaan dalam tubuhnya. Ia merasa lega karena tidak terluka, hanya agak lemas karena ada tenaga sinkang yang membocor keluar secara aneh.

Adapun Keng Hong yang mukanya lebih merah daripada biasanya, akibat kebanjiran sinkang, cepat menjatuhkan diri berlutut di depan The Ho dan berkata,

"Harap Taijin sudi memberi maaf kepada hamba. Pengawal Taijin terlalu lihai, hamba tidak kuat melawannya."

The Ho yang masih terheran-heran menganngguk-anggguk dan berkata,
"Orang muda yang hebat Cia Keng Hong, bagaimana kalau engkau bekerja padaku, membantuku seperti Tio Hok Gwan?"

"Terima kasih, Taijin. Kiranya akan berbahagia sekali bagi hamba untuk dapat menghambakan diri kepada seorang bijaksana seperti Paduka. Akan tetapi maaf, untuk waktu sekarang hamba belum sanggup karena urusan pribadi masih banyak yang harus hamba selesaikan lebih dulu."

Kembali The Ho mengangguk-angguk dan memandang ke arah Cui Im yang memandang Keng Hong dengan wajah sebentar pucat sebentar merah.

"Baiklah kalau begitu. Akan tetapi sebelum engkau pergi, katakanlah apakah benar engkau tadi menggunakan Ilmu Thi-khi-I-beng? Aku mendengar bahwa ilmu mujijat itu telah lenyap dari permukaan dunia kang-ouw!"

"Ah, sesungguhnya hamba sendiri tidak pernah mempelajari ilmu itu dan tidak tahu bagaimanakah macamnya Thi-khi-I-beng. Hamba mohon diperkenankan keluar, Taijin."

"Pergilah, mudah-mudahan kelak kita berjodoh untuk saling berjumpa kembali. Hok Gwan, kau antar Cia Keng Hong keluar dari istana dengan aman!"

Perintah ini melenyapkan harapan Cui Im untuk mencegat dan mengeroyok Keng Hong dalam perjalanannya keluar dari istana. Hok Gwan segera mengajak Keng Hong pergi dari tempat itu dan dengan adanya pengawal The Ho ini, Keng Hong dapat keluar dengan aman tanpa ada yang berani menganggu.

"Sahabat muda, terima kasih atas kemurahan hatimu dalam pertandingan tadi. Aku takluk benar kepadamu. Siapakah gurumu?" tanya Hok Gwan setelah mereka tiba di luar istana dan mereka akan berpisah.

"Mendiang suhu adalah Sin-jiu Kiam-ong..."

"Ah.... sungguh aku tidak tahu diri, maaf...maaf!" Hok Gwan menjura dan cepat-cepat Keng Hong membalas penghormatan ini.

"Engkau juga hebat sekali, Ciangkun. Dan engkau amat baik hati. Kuharap engkau suka berhati-hati menghadapi orang-orang macam pengawal-pengawal rahasia yang hadir di sana tadi tadi. Mereka bukanlah orang-orang yang baik dan boleh dipercaya."

Tio Hok Gwan mengangguk.
"Aku sudah tahu akan hal itu, dan terima kasih atas peringatanmu. Engkau ingin membekuk wanita cabul itu, bukan?"

"Benar, akan tetapi tak mungkin sekarang. Dia telah menjadi pengawal bagaimana aku akan dapat menyentuhnya? Dia dilindungi oleh kekuasaan kaisar."

"Memang, kalau engkau mencarinya di dalam istana atau menyerangnya selagi ia bertugas sebagai pengawal, engkau akan dianggap pemberontak dan engkau tentu akan menghadapi bencana. Akan tetapi, kalau engkau bersabar, ada cara yang amat baik, yang membuka kesempatan bagimu."

Pedang Kayu Harum







Tidak ada komentar: