*

*

Ads

FB

Minggu, 24 Juli 2016

Pedang Kayu Harum Jilid 089

Golok berkelebat menjadi sinar berkilau, kedua tangan Keng Hong agaknya akan terbabat golok. Akan tetapi pemuda ini sesungguhnya hanya memancing saja dan pada saat lengannya sudah dekat sekali dengan golok, tiba-tiba dia mengubah gerakannya, tangannya menyelonong ke bawah.

"Brettt...."

Terdengar suara orang tertawa-tawa dan bersorak riuh-rendah ketika celana tosu itu putus kolornya dan karena celana itu besar, maka seketika merosot turun. Hebatnya, kakek ini ternyata tidak memakai pakaian dalam sehingga merosotnya celana yang berkumpul di bawah kakinya itu membuat tubuh bawahnya telanjang bulat sehingga tampak jelas semua bagian tubuh ini!

"Wah-wah-wah, tak tahu malu!" Keng Hong mengejek, memancing suara ketawa lebih hebat lagi.

Thian It Tosu hampir pingsan saking malu dan marah. Dengan tangan kirinya mendekap bagian rahasia tubuhnya, tangan kanan mengangkat golok tinggi-tinggi, dia menerjang maju, akan tetapi tubuhnya terguling karena dia lupa akan celananya dan kedua kakinya yang terbelit celana itu membuatnya terjerat dan roboh!

Thian It Tosu menjadi pucat wajahnya. Digigitnya goloknya, kemudian dia bangkit dan menarik celananya ke atas, mengikat celananya dengan kolor yang putus itu sedapatnya, kemudian menyambar lagi goloknya dan dengan mati-matian dia menerjang maju kearah pemuda yang masih tersenyum-senyum.

Sekali ini Keng Hong tidak main-main lagi, tubuhnya bergerak ke depan dan sebuah tamparan dengan jari tangan terbuka membuat lawan terpental karena tangan kanan tosu itu telah patah oleh hantaman jari-jari tangannya! Tosu itu terhuyung mundur dan berdiri dengan muka pucat dan mulut meringis kesakitan.

"Thian It Tosu!"

Kini Keng Hong berkata dengan suara nyaring dan penuh wibawa, tidak lagi bermain-main seperti tadi, sikapnya angkuh dan seperti seorang dewasa benar.

"Engkau adalah seorang tosu, bahkan ketua dari sebuah perguruan seperti Kim-to Bu-koan, akan tetapi mengapa engkau masih suka mengumbar nafsumu? Tiat-ciang-pang melakukan pemilihan ketua baru adalah urusan dalam, tidak boleh orang luar mencampurinya, akan tetapi mengapa engkau hendak menggunakan ketajaman golokmu untuk merebut kekuasaan? Andaikata engkau berhasil merebut kekuasaan, apakah kau kira para anggauta Tiat-ciang-pang akan sudi menerimamu? Dan apakah artinya kedudukan yang kau rebut kalau para anggauta tidak menerimanya? Apa artinya raja tanpa rakyat? Apa artinya jenderal tanpa prajurit? Apa artinya ketua tanpa anggauta? Totiang, engkau tentu maklum bahwa yang memperebutkan takkan mendapatkan dalam arti kata yang sesungguhnya. Lupakah Totiang akan pelajaran agama Totiang sendiri bahwa: To adalah :






"selalu menang tanpa merebut, mendapat sambutan tanpa berkata, semua datang tanpa memanggil, selalu berhasil tanpa rencana, Jalan langit lebar dan luas, Biar jarang namun tiada yang bocor."

"Mengapa Totiang sekarang mempergunakan kekerasan untuk merebut kedudukan yang bukan menjadi hak Totiang?"

Mendengar ucapan ini dan melihat sikap Keng Hong, semua orang tertegun, juga Ouw Beng Kok makin kagum, akan tetapi Thian It Tosu yang ditegur dengan menggunakan pelajaran dari kitab agamanya sendiri, menjadi makin marah.

Ia sudah merasa kepalang, kalau sekarang mundur berarti dia harus menderita malu yang luar biasa, dan hal ini akan menghancurkan sama sekali namanya. Maka tanpa menjawab dia lalu mmenerjang lagi dengan kedua tangan karena goloknya sudah lenyap. Biarpun tangan kanannya patah tulangnya dan sakit rasanya, namun kakek ini masih cukup kuat menerjang maju, bahkan menggunakan tangan kanan yang patah tulang lengannya itu untuk menyerang lagi.

Keng Hong menyambut serangan ini dengan tamparan tangan yang mengenai leher kiri kakek itu. Tubuh Thian It Tosu terlempar ke arah Kim-to Lai Ban dan memang hal ini disengaja oleh Keng Hong. Lai Ban yang melihat tubuh suhengnya melayang itu, cepat menangkapnya dan ternyata bahwa tosu itu telah pingsan.

Ouw Beng Kok cepat meloncat maju dan menudingkan telunjuknya ke arah Lai Ban sambil berkata,

"Lai Ban, mulai detik ini engkau tidak kami akui lagi sebagai seorang anggauta Tiat-ciang-pang, dan para anggauta yang menyeleweng, kalau masih setia padanya dan tidak akan diakui selamanya sebagai anggauta Tiat-ciang-pang!"

Lai Ban yang masih memondong tubuh Thian It Tosu, tidak dapat bicara lagi. Ia hanya menundukkan mukanya dan membawa pergi tubuh suhengnya yang pingsan. Adapun para pendukungnya yang juga merasa bahwa mereka tidak ada muka lagi untuk terus berada di situ, satu demi datu lalu berdiri dan dengan muka tunduk mengikuti Lai Ban meninggalkan tempat itu.

Sepergi mereka yang mengacaukan pemilihan ketua ini, tentu saja dengan sendirinya Ouw Kian dipilih sebagai ketua baru menggantikan ayahnya, dan pesta dilanjutkan dengan meriah. Ouw Beng Kok lalu menarik tangan Keng Hong, diajak masuk ke dalam, diikuti oleh Ouw Kian. Lain orang tidak diperkenankan menyaksikan pertemuan di dalam.

Ouw Beng Kok mempersilakan Keng Hong duduk menghadapi meja, berhadapan dengan dia dan puteranya, kemudian ketua Tiat-ciang-pang yang selama ini menatap wajah Keng Hong penuh perhatian, lalu berkata,

"Sekarang tiba saatnya supaya Taihiap memperkenalkan diri. Siapakah Taihiap dan sungguhpun kami semua menghaturkan banyak terima kasih dan merasa bersyukur sekali atas bantuan Taihiap yang mencuci bersih nama baik perkumpulan kami, akan tetapi sungguh kami ingin mengetahui, mengapa Taihiap melakukan ini semua?"

Keng Hong yang kini tidak lagi bersikap ketolol-tololan seperti tadi, menghela napas panjang dan berkata,

"Ouw-pangcu, sebelum saya memperkenalkan diri, saya mohon tanya bagaimana pendapat Pangcu tentang diri Lai Ban."

"Dia? Ah, sudah jelas bahwa dia seorang yang mengkhianati perkumpulan seorang yang tamak dan ingin merampas kedudukan. Hemmm, sayang aku tidak mendapat kesempatan untuk menghancurkan kepalanya!"

Keng Hong mengangguk-angguk.
"Jadi Pangcu tentu dapat menerima kalau dikatakan bahwa dalam sepak terjangnya dahulu, banyak kemungkinan dia melakukan kesalahan-kesalahan, melakukan tindakan sewenang-wenang sehingga mengotorkan nama perkumpulan Tiat-ciang-pang?"

Ouw Beng Kok mengerutkan keningnya, kemudian mengangguk-angguk.
"Sangat boleh jadi, dan kalau hal itu terjadi, sungguh aku merasa menyesal sekali."

"Dan banyak hal seperti itu memang terjadi, Pangcu. Dahulu Lai Ban sering kali melakukan hal sewenang-wenang menanam bibit permusuhan dengan pertai-partai lain, memimpin anak buahnya yang memang tidak dapat dikatakan bersih kelakuannya. Sekarang saya mohon bertanya, Pangcu. Saya datang dan menyamar sebagai anggauta Tiat-ciang-pang untuk melawan Lai Ban dan tosu Kim-to Bu-koan itu untuk membuktikan niat baik saya. Andaikata saya mempunyai kesalahan-kesalahan yang timbul dari salah pengertian di masa lalu, sudilah kiranya Pangcu memaafkan saya dan menghapus semua kesalah fahaman yang timbul karena sepak terjang Lai Ban!"

Ouw Beng Kok menatap wajah pemuda itu dan mengerahkan seluruh ingatannya untuk mengenalnya, akan tetapi dia merasa yakin bahwa dia belum pernah bertemu dengan pemuda ini. Ia menghela napas dan berkata,

"Dahulu aku amat percaya kepada Lai Ban, akan tetapi sekarang aku mengerti bahwa tentu banyak perbuatannya yang menyimpang sehingga menyelewengkan Tiat-ciang-pang. Aku akan melupakan segala persoalan antara engkau dan perkumpulan kami, Taihiap."

"Bagus, Pangcu. Seorang laki-laki yang dapat menyadari kekurangan diri sendiri, patut dikagumi. Sekarang, lihatlah baik-baik, tentu Pangcu sudah mengenal aku."

Keng Hong lalu meraba mukanya, mengupas lapisan pada mukanya yang terbuat daripada getah pohon. Biarpun mukanya belum bersih benar, namun sekarang berubah sama sekali dan tentu saja Ouw Beng Kok mengenal bekas "musuh besar" ini. Ia mencelat dari kursinya, memandang Keng Hong dan berkata,

"Kau....... kau..... Murid Sin-jiu Kiam-ong.....!"

Keng Hong juga bangkit berdiri dan menjura.
"Benar, Ouw-pangcu. Aku adalah Cia Keng Hong dan perbuatanku tadi hanya untuk membuktikan bahwa sesungguhnya aku sama sekali tidak memusuhi Tiat-caing-pang dan bukanlah musuh Tiat-ciang-pang. Kalau dulu terjadi peristiwa sehingga aku dimusuhi, semua adalah gara-gara sepak terjang Lai Ban dan anak buahnya terhadap murid-murid Hoa-san-pai."

Ia lalu menceritakan semua pengalamannya ketika dia membantu kakak beradik Sim yang dikeroyok oleh anak buah Lai Ban.

Mendengar penuturan Keng Hong, Ouw Beng Kok mengangguk-angguk, kemudian berkata,

"Peristiwa yang lalu baiklah kita anggap sebagai sebuah kesalah fahaman dan untuk semua perbuatan itu, saya mengharap Taihiap suka memaafkan. Akan tetapi saya juga mengharap agar peristiwa yang terjadi hari ini tidak sampai terdengar oleh dunia kang-ouw, karena sesungguhnya......"

Ketua ini ragu-ragu sejenak lalu melanjutkan,
"Lebih baik saya berterus terang saja bahwa saya tidak ingin dunia kang-ouw mendengar bahwa Taihiap, murid Sin-jiu Kiam-ong telah membantu Tiat-ciang-pang. Dapatkah Taihiap berjanji?"

"Ayah! Mengapa begitu? Cia-taihiap sudah menolong kita...."

Keng Hong tersenyum memandang Ouw Kian dan berkata kepadanya.
"Ouw-pangcu, aku dapat mengerti pendirian ayahmu. Memang benar sebaiknya begitu karena nama mendiang guruku dimusuhi oleh banyak tokoh kang-ouw, maka ayahmu tidak menghendaki kalau sampai timbul persangkaan bahwa Tiat-ciang-pang bersahabat dengan aku, murid guruku yang dimusuhi." Ia lalu menghadapi Ouw Beng Kok yang agak merah mukanya. "Harap Pangcu jangan khawatir. Aku pun tidak berniat memperkenalkan diri, maka aku sengaja menyamar. Tujuanku yang utama hanya ingin menghapus permusuhan di antara kita. Nah, selamat tinggal, Pangcu, aku harus pergi sekarang juga."

Ia menoleh dan berkata,
"Ilmu kepandaian Lo-pangcu tidak kalah oleh tosu itu, akan tetapi sebaiknya kalau kau menggembleng puteramu agar kelak sanggup menghadapi tosu itu kalau dia datang mengacau membalas dendam. Selamat tinggal!"

Ia lalu berkelebat melalui jendela dan dalam sekejam mata saja, lenyap, meninggalkan ayah dan anak yang bengong dengan kagum itu.

**** 089 ****
Pedang Kayu Harum







Tidak ada komentar: