*

*

Ads

FB

Minggu, 24 Juli 2016

Pedang Kayu Harum Jilid 087

Ouw beng Kok mengerutkan keningnya. Ia maklum bahwa kedua orang muridnya itu baru menguasai seperempat bagian saja dari Tiat-ciang-kang, akan tetapi karena ingin pula dia mengetahui sampai di mana kekuatan tosu itu dan apa kehendaknya, maka dia tidak melarang karena melarang pun hanya berarti jerih. Sebaliknya, Thian It Tosu memandang rendah, lalu mengulurkan kedua tangannya yang kurus dan berkata,

"Baik sekali ji-wi Sicu suka memberi pelajaran agar membuka mata pinto. Inilah kedua tanganku, kalau sampai hancur oleh remasan Tiat-ciang-kang ji-wi, pinto takkan menyesal."

Dua orang ketua cabang itu lalu menyambut uluran tangan si tosu, yang kanan disambut dengan tangan kanan sedangkan yang kiri disambut pula dengan tangan kiri. Setelah mereka saling menggenggam tangan, dua orang ketua cabang itu mengerahkan tenaga Tia-ciang-kang mereka, mencengkeram dan meremas tangan yang kecil dan kelihatan lemah itu.

"Krek! Krek!"

Tosu itu tertawa dan melepaskan tangannya sedangkan dua orang ketua cabang Tiat-ciang-pang itu meringis kesakitan, memegangi tangan mereka yang patah tulangnya!

"Siancai.... kiranya tangan ji-wi tidak seperti besi, melainkan seperti kerupuk!"

Mendengar ejekan ini, Ouw Kian tak dapat menahan kemarahannya lagi dan dia melangkah maju ke depan tosu itu sambil membentak,

"Tosu sombong, biarlah aku mencoba tanganmu dengan tiat-ciang-kang!"

Ia lalu mengulur tangan kanannya yang tampak kuat. Tanpa ragu-ragu tosu itu menerima uluran tangan Ouw Kian dan mereka saling cengkeram. Berbeda dengan adu tangan tadi, kini mereka saling mengerahkan tenaga dan kedua tangan mereka sampai menggigil.

Diam-diam tosu itu kaget dan kagum karena memang Tiat-ciang-kang orang muda itu hebat. Akan tetapi karena tingkat kepandaiannya lebih tinggi dan sinkangnya lebih kuat, maka perlahan-lahan Ouw-Kian merasa betapa tangannya dihimpit dan dicengkeram hebat. Ia mengerahkan tenaga, mempertahankan diri, namun sampai peluhnya memenuhi dahi, dia tidak mampu mendesak bahkan makin dihimpit sehingga tangannya terasa sakit sekali.

"Krekkk...!"

Tulang tangan Ouw Kian ada yang patah, mukanya menjadi pucat saking nyerinya, akan tetapi tosu itu sambil tertawa-tawa tidak mau melepaskan cengkeramannya karena dia hendak mencengkeram hancur tangan Ouw Kian yang menjadi saingan sutenya ini.






Hebat penderitaan Ouw Kian. Ia masih mengerahkan tenaga, namun rasa sakit membuat dia kurang kuat dan kembali terdengar suara "krek"! ketika tulang jari ke dua patah! Masih juga tosu itu belum mau melepaskan tangannya!

Melihat ini, semua orang menjadi pucat, dan Ouw Beng Kok cepat bangkit berdiri dan membentak,

"Tosu jahanam, akulah lawanmu!" Ia menerjang maju.

Thian It Tosu tertawa, melepaskan tangannya dan mengirim tendangan kepada Ouw Kian yang sudah lemas itu sehingga tubuh Ouw Kian terlempar. Dengan ringan sekali tosu itu mengelak, mancabut goloknya dan balas menyerang dengan kelebatan goloknya dari samping dapat dielakkan pula oleh Ouw Beng Kok.

"Ha-ha-ha, kiranya pimpinan Tiat-ciang-pang hanya tukang mengeroyok belaka." Tosu itu mengejek. "Marilah Ouw-pangcu. Mari kita uji mana yang lebih lihai antara Tiat-ciang-kang ilmumu itu dengan ilmu pinto Kim-to-hoat!"

Ia menggerak-gerakkan goloknya di depam dada dan tampak sinar berkeredepan. Ternyata ilmu golok tosu ini jauh melampaui ilmu golok Lai Ban. Hal ini dapat dilihat pula oleh Ouw Beng Kok yang diam-diam maklum bahwa sekali ini, untuk menjaga nama baiknya, dia harus bertempur mati-matian mengadu nyawa dengan tosu ini. Ia sudah siap untuk mati kalau perlu, maka dia lalu memasang kuda-kuda dan membentak,

"Tosu jahanam, aku mengerti maksudmu! Karena Kim-to Bu-koan bangkrut, engkau hendak membonceng sutemu Lai Ban dan menguasai perkumpulan kami! Engkau hanya akan dapat berhasil setelah melampaui mayatku, Thian It Tosu!"

"Ha-ha-ha, pinto memang akan melampaui mayatmu, bukan untuk menguasai perkumpulanmu, melainkan untuk membantu Sute agar perkumpulan kita menjadi besar, dipimpin secara benar, tidak seperti engkau yang hanya pandai menyombongkan Tiat-ciang-kun-hoat yang kosong melompong!"

"Tunggu dulu.....!"

Tiba-tiba terdengar teriakan nyaring dan semua orang memandang seorang pemuda muka hitam yang datang berlari dari ruangan tamu rendahan, kemudian menghampiri tengah ruangan di mana dua orang tua itu sudah siap akan bertanding. Tak seorang pun mengenal pemuda ini yang bukan lain adalah Keng Hong.

"Ouw-pangcu, harap jangan merendahkan diri melawan tosu tengik ini!"

Keng Hong sengaja menghina tosu ini dengan makian keras. Semua orang terkejut dan Ouw Beng Kok juga memperhatikan. Akan tetapi karena dia tidak mengenal pemuda muka hitam itu adalah sederhana biasa saja yang mungkin hanya seorang di antara anggauta-anggauta rendahan Tiat-ciang-pang, dia lalu membentak,

"Engkau siapa? Mau apa mengganggu?"

Keng Hong maklum akan sifat kegagahan ketua Tiat-ciang-pang ini. Kalau dia mengaku dan memperkenalkan diri, tentu ketua itu tidak sudi dibantu orang yang dianggapnya musuh. Bahkan kalau dia mengaku orang luar sekalipun sudah tentu ketua itupun tidak mau merendahkan diri minta bantuan tenaga luar. Maka dia lalu menggunakan akal dan berkata,

"Ah, apakah Pangcu lupa kepada saya? Saya adalah seorang anggauta dari luar kota. Akan tetapi .... siang malam saya melatih diri dengan Ilmu Silat Tiat-ciang-kun-hoat dan tenaga Tiat-ciang-kang, saya melatih diri dengan tekun dan mendapat kenyataan bahwa kedua ilmu itu adalah ilmu-ilmu yang sukar dicari bandingnya di dunia ini. Sekarang ada tosu bau ini yang mengejek dan menghina ilmu kita, mana bisa teecu (murid) mendiamkan saja? Kalau masih ada muridnya, perlukah gurunya turun tangan? Apalagi hanya menghadapi seorang tosu yang begini tengik dan sombong, cukup teecu yang menanggulangi dan teecu yang mohon Pangcu tidak merendahkan diri melayaninya. Kalau teecu gagal, barulah tokoh-tokoh Tiat-ciang-pang lainnya yang maju!"

Ouw Beng Kok tertegun. Bukan main pemuda ini, begitu besar semangatnya. Ia kagum akan kesetiaan pemuda ini, akan tetapi dia mengingat-ingat belum juga mengenal siapakah pemuda ini dan kapan pemuda sederhana ini jadi muridnya. Ia ragu-ragu. Tidak baik menyuruh seorang murid rendahan Tiat-ciang-pang maju dan sekali gebrak saja tewas. Selain tidak perlu mengorbankan nyawa murid yang masih rendah kepandaiannya, juga hal itu akan menjadikan buah tertawaan saja.

"Hemmm, Totiang ini lihai, mengapa kau begini sembrono?"

"Pangcu, tosu ini hanya lihai lagak dan suaranya saja. Orang macam ini adalah makanan teecu. Percayalah, teecu akan sanggup merobohkannya!"

Mendengar ucapan dan melihat lagak Keng Hong, terdengar suara ketawa di sana-sini. Mereka yang tertawa ini sebagian adalah anggauta-anggauta Tiat-ciang-pang, ada pula para tamu yang menganggap pemuda ini terlalu sebrono dan sombong. Kalau Ouw Kian yang menjadi putera Ouw-pangcu sendiri tidak mampu mengalahkan tosu lihai ini, apa lagi seorang bu-beng-siauw-cut (kerucuk) seperti pemuda muka buruk hitam itu! Ouw-pangcu juga berpikir demikian dan karena tidak mau menjadi buah tertawaan, dia membentak,

"Bocah lancang! Kalau kau sudah pandai Tiat-ciang-kun-hoat coba perlihatkan kepadaku!"

Sejak tadi Keng Hong menonton pertandingan adu silat yang menggunakan Ilmu Silat Tiat-ciang-kun-hoat. Dia memiliki ingatan yang selain tajam juga kuat, sekali melihat dia sudah dapat menangkap beberapa jurus terpenting. Maka dia lalu meloncat ke depan, kedua kaki ditekuk rendah, tubuh tegak dan kedua tangan dimiringkan di depan pusar.

"Coba silakan Pangcu periksa, tidakkah sudah baik sekali gerakan teecu?"

Ia lalu bersilat dengan jurus-jurus Tiat-ciang-kun-hoat yang tadi dilihatnya. Gerakannya cukup gesit, akan tetapi hal ini menimbulkan rasa geli di hati Thian It Tosu sehingga dia tertawa bergelak.

"Eh, kenapa kau tertawa? Awas, sekali kena disodok tanganku yang mempunyai tenaga sakti Tiat-ciang-kang, perutmu akan mulas dan usus buntumu kumat sehingga engkau takkan dapat tertawa, menangis pun tidak bisa!"

Keng Hong membentak, tentu saja ucapannya ini memancing suara ketawa terpingkal-pingkal lagi dari para penonton.

Ouw-pangcu mendongkol sekali. Celaka pikirnya, terancam bahaya kehancuran namanya, masih muncul seorang badut gila!

"Orang muda, pergilah dan jual kegilaanmu kepada orang lain!" Ia membentak.

"Pangcu, harap suka mundur sebentar. Saya adalah murid Tiat-ciang-pang, dan kini mendengar orang menghina perkumpulan, saya berhak untuk membela nama perkumpulan saya dengan taruhan nyawa. Pula, apa ruginya andaikata saya kalah atau mati? Paling-paling saya mati, akan tetapi Pangcu dapat memperhatikan gerakan-gerakan tosu bau ini. Apakah Pangcu takut saya mati? Saya sendiri tidak takut!"

Ouw-pangcu menarik napas panjang. Tentu saja kini tak dapat berkeras dan sambil mendengus marah dia lalu meloncat ke pinggir untuk memberi kesempatan kepada orang gila ini membunuh diri di tangan tosu yang lihai itu.

Keng Hong menjura ke arah Ouw-pangcu, kemudian tubuhnya membalik dan dia sudah memasang kuda-kuda lagi, kuda-kuda dari Ilmu Tiat-ciang-kun-hoat yang kaku! Sikapnya mengancam, seperti seekor anak kucing mengancam harimau sehingga tosu itu kembali tertawa, diikuti suara ketawa para penonton.

"Eh, tosu bau. Ketahuilah bahwa Tiat-ciang-kun-hoat adalah Ilmu yang amat hebat, jauh lebih lihai daripada golokmu penyembelih babi itu! Macam engkau ini mau menantang Ouw-pangcu? Phuihhh, semut pun bisa mati kegelian mendengarnya."

Dimaki-maki dan diolok sedemikian rupa oleh seorang "kerucuk", hati tosu itu menjadi panas sekali dan dia memaki marah,

"Bangsat yang sudah bosan hidup! Apakah hidupmu hanya untuk mati konyol? Tidak tahukah engkau bahwa sekali babat dengan golokku aku dapat membuat tubuhmu putus menjadi delapan potong?"

Keng Hong menyeringai, sengaja memperlihatkan muka mengejek.
"Wah-wah, aku tidak percaya akan menemui orang yang lebih tekebur daripada tosu bau yang tak pernah mandi ini! Apa kau kira aku seekor babi yang biasa kau sembelih diam-diam, babi tetangga lagi, kemudian kau ganyang mentah-mentah sambil menutupi muka dengan jubah pendetamu?"

Thian It Tosu sebetulnya enggan bertanding melawan bocah sinting itu, akan tetapi ucapan-ucapan Keng Hong seperti kilikan pada seekor jangkerik, membuat telinganya merah dan kemarahannya memuncak.

"Bedebah! Jahanam bermulut busuk! Pinto akan membunuhmu dengan tubuh hancur!"

"Eiiittt, eiiittt....!"

Keng Hong melangkah mundur dengan gaya dibuat-buat, bukan seperti orang bersilat, melainkan dengan pinggul megal-megol seperti badut menari, kemudian dia berdiri tegak, mengacungkan telunjuknya dan bernyanyi!

"Seorang pendekar tidak memperlihatkan kegagahannya! Seorang ahli perang tidak dikuasai kemarahan! Seorang yang pandai menundukkan musuh tidak bertengkar! Seorang yang pandai memimpin tidak menekan! Tapi engkau ini monyet berpakaian manusia, Jubah dan doa menjadi kedok belaka! Phuuuuiiih, sungguh menyebalkan!"

Karena Keng Hong bernyanyi sambil berlagak seperi seorang pemain wayang beraksi di panggung, banyak para tamu yang hadir tertawa terpingkal-pingkal, bukan hanya karena merasa lucu, melainkan juga terheran-heran betapa bocah itu begitu berani mempermainkan si tosu yang lihai dan yang mendatangkan rasa tidak suka di hati para tamu di samping rasa jerih.

Akan tetapi Thian It Tosu yang tadinya marah itu kini melongo. Sejenak dia tercengang ketika mengenal empat bait pertama dari nyanyian To-tik-keng, kitab suci para tosu! Ia disindir dengan ayat-ayat kitab sucinya sendiri. Keheranannya berubah menjadi kemarahan memuncak ketika dia menerjang ke depan dengan pukulan maut ke arah kepala Keng Hong yang cepat mengelak, menggunakan gerakan jurus Tiat-ciang-kun-hoat seperti yang telah dilihatnya tadi.

"Eiiittt, jangan terburu nafsu, Totiang. Bukankah kau hendak mengalahkan Tiat-ciang-kang dengan ilmu golok penyembelih babi itu? Hayo cabutlah golokmu dan hadapi Ilmu Tiat-ciang-kun-hoat kami yang mujijat!"

Pedang Kayu Harum







Tidak ada komentar: