*

*

Ads

FB

Sabtu, 16 Juli 2016

Pedang Kayu Harum Jilid 064

Tentu tambang itu tadinya terpasang melintang di atas jurang. Setelah menyeberang mempergunakan ginkangnya yang memang sudah mencapai tingkat tinggi, yaitu berjalan di atas tambang, gadis itu lalu melepaskannya dan menggulungnya, tentu ada cara melepaskan yang mudah dari seberang, mungkin kedua ujung tambang itu dipasangi kaitan dan karena kedua tempat itu terdiri dari batu-batu yang kasar dan runcing, mudahlah melemparkan kaitan ke seberang sehingga dapat tercipta jembatan tambang dan dengan menyendal-nyendal dapat pula kaitan di seberang dilepaskan.

"Hi-hi-hik, engkau mimpi, Keng Hong. Andaikata kelak engkau dapat mencariku, setelah aku mempelajari lima buah kitab ini, engkau akan bisa berbuat apakah terhadap aku? Pula, engkau tidak akan dapat bertahan lama disitu, tidak ada bahan makanan tidak ada air dan belum lagi diingat bahwa para tokoh itu tentu akan mencarimu. Aku akan pergi meninggalkanmu di situ dan membawa kitab-kitab ini. Sudah ku periksa isinya dan kalau dapat berlatih selama lima tahun saja, di dunia ini tidak akan ada orang yang mampu melawanku!"

Keng Hong bukan seorang yang bodoh.Tidak, sebaliknya malah. Dia cerdik sekali dan pikirannya dapat dikerjakan secara cepat menarik kesimpulan-kesimpulan. Mengapa Cui Im setelah mengambil jembatan tambang itu tidak lekas pergi malah menantinya di situ? Hanya untuk mengejek? Tak mungkin, seorang yang telah mendapatkan pusaka kitab-kitab yang diinginkan oleh seluruh tokoh kang-ouw tentu merasa terlalu tegang untuk main-main dan mengejek, tentu akan terus pergi melarikan diri dan cepat-cepat mempelajari isi kitab. Akan tetapi Cui Im menantinya di situ. Membual! Ya, gadis itu tentu sengaja membual unutk menutupi kelemahannya ia mengangguk-angguk dan berkata.

"Cui Im, siapa percaya bualanmu? Engkau menemui jalan buntu, tidak dapat meninggalkan tempat itu. Jalan keluar hanya melaui lorong ini dan kau terjebak di situ, tidak dapat terus dan tidak dapat kembali. Nah, katakan, apa kehendakmu dariku?"

Cui Im terperanjat sekali dan meloncat berdiri.
"Eh,eh,eh, bagaimana kau bisa tahu?" Saking kaget dan herannya ia sampai tidak dapat menyimpan rahasianya lagi.

Keng Hong tersenyum.
"Kalau ada jalan keluar di sebelah situ, tentu engkau takkan menanti hanya untuk bicara denganku. Engkau telah mencuri lima buah kitab dan mungkin dapat kau pelajari di situ sehingga engkau menjadi seorang sakti. Akan tetapi apa gunanya kalau kau tak dapat keluar, menjadi nenek-nenek dan mati kering di situ?"

"Aku akan menanti kesempatan, setelah kepandaianku meningkat, aku akan menggunakan jembatan tambang ini menyeberang ke situ dan membunuhmu!"

"Ha-ha-ha, bicara sih mudah. Akan tetapi boleh kau coba. Aku tidak bodoh, nona manis. Aku akan selalu waspada dan sekali saja tambang itu kau lontarkan ke sini, akan kunanti sampai kau menyeberang di tengah-tengah, kemudian tabang itu akan kubikin putus sebelah sini. Wah, tentu lucu sekali melihat kau terbang ke bawah sana."






Cui Im membanting-banting kaki.
"Keng Hong engkau manusia kejam!" Kemudian suaranya mengandung isak, ketika ia berkata lagi, "Engkau laki-laki yang tidak mengenal budi, tidak tahu dicinta orang! Setelah susah payah aku selalu membayangimu, melindungimu, menyatakan cinta kasihku dengan perbuatan, membiarkan diriku terancam bahaya, membebaskanmu dari tangan musuh-musuhmu, kau..kau..."

Akan tetapi Cui Im segera teringat bahwa ia kelepas bicara, akan tetapi terlambat karena Keng Hong sudah meloncat berdiri dan muka pemuda itu menjadi merah sekali.

"Cui Im! Jadi...engkaulah orang nya...? Engkaukah yang selama ini membayangiku, membunuh murid wanita Hoa-san-pai, membunuh murid-murid Kong-thong-pai dengan racun? Engkaukah gerangan orangnya??"

Cui Im tidak dapat mundur kembali dan baginya sudah kepalang. Tidak perlu lagi kini merahasikan perbuatannya.

"Benar ! Akulah orangnya yang melakukan itu semua! Demi cintaku kepadamu, Keng Hong, dengarkah engkau? Demi cintaku kepadamu, bukan cinta seperti yang pernah kurasakan terhadap pria manapun juga. Aku cinta kepadamu, akan tetapi engkau buta!"

Jantung Keng Hong berdebar keras.
"Jadi engkau yang membunuh Sim Ciang Bi, membunuh murid-murid wanita Kong-thong-pai pula? Mengapa ?"

"Tentu saja! Mereka itu berani merayumu, bermain cinta denganmu. Ahhh, betapa sakit hatiku, hampir gila oleh cemburu. Kalau tidak sebesar ini cintaku kepadamu, tentu engkau pun sudah kubunuh pula!"

"Dan... ketika malam gelap itu..yang datang kepadaku, merayuku penuh cinta kasih.. Engkau pulakah itu?"

Cui Im tertawa genit.
"Hi-hi-hik, benar aku! Masa engkau tidak mengenal aku? Biarpun aku tidak bicara banyak, apakah engkau tidak mengenal suaraku, tidak mengenal kesedapan keringatku? Hi-hi-hik!"

"Cui Im… ! Kenapa kau lakukan itu?"

"Kenapa? Karena kau selalu menolakku dan aku sudah amat cinta kepadamu. Hatiku perih sekali harus berpura-pura seperti itu..."

"Bukan itu maksudku ! Kenapa engkau mengenakan pakaian putih, menggunakan senjata rahasia dan senjata-senjata Biauw Eng? Mengapa engkau menyamar sebagai Biauw Eng ?"

"Kenapa? Ah. Biar dia rasakan ! Sumoi berani sekali merampas engkau dari tanganku! Berani dia berlancang mulut menyatakan cinta kasihnya kepadamu, padahal biasanya sumoi menganggap cinta sebagai sebuah pantangan besar! Panas hatiku, dan biar dia tahu rasa, berani merebut cinta kasih sucinya!"

Kedua telinga Keng Hong terasa panas dan andai kata Cui Im berada di depannya tentu sudah ditamparnya perempuan itu. Akan tetapi dia menekan kemarahannya dan hatinya menjadi girang sekali. Girang, terharu dan menyesal. Girang karena kini dia mendapat kenyataan bahwa Biauw Eng bukanlah wanita jahat seperti yang diduganya. Biauw Eng suci dan bersih.

Terharu karena teringat betapa Biauw Eng melindunginya mati-matian, bahkan mengakui segala perbuatan yang dituduhkan olehnya dengan dasar membela dan melindunginya. Betapa besar dan murni cinta kasih gadis itu kepadanya! Cinta yang amat mengharukan, apalagi kalau dia teringat bahwa gadis itu adalah puteri suhunya! Dan dia menyesal, ia menyesal kepada diri sendiri sehingga mau rasanya dia menampari mukanya sendiri kalau teringat betapa dia menjatuhkan fitnah-fitnah keji terhadap gadis itu, bahkan menangkapnya untuk dibunuh oleh para tokoh kang-ouw.

"Cui Im ... mengapa engkau sendiri sekeji itu?" tanyanya dengan suara perlahan.

"Keji apa? Mereka yang keji dan sumoi yang bersalah kepadaku. Demi cintaku kepadamu, aku rela melakukan apa juga. Bahkan sekarang ini aku rela pula mengalah kepadamu, aku ingin berdamai denganmu, Keng Hong."

Keng Hong menahan kemarahannya. Dalam keadaan seperti ini, dia harus bersabar . Wanita ini berbahaya sekali, selain lihai ilmunya, juga amat cerdik dan banyak akalnya.

"Cui Im, engkau pandai membual. Engkau sudah terjebak di tempat itu, maka engkau sengaja hendak membujukku, bukan?"

"Manusia sombong, keras kepala engkau! Memang, disini tidak ada jalan keluarnya, akan tetapi setelah kepandaianku meningkat, kiranya tidak sukar mencari jalan keluar, atau kalau perlu menyerbumu ke situ! Bukan karena itu, dan jangan mengira kalau aku akan minta-minta kepadamu. Tidak, biarpun aku terjebak di sini, engkau pun terjebak di situ dan keadaanmu lebih buruk lagi. Engkau tahu? Di sini terdapat persediaan makanan yang akan cukup dimakan sampai bertahun-tahun.

Terdapat roti-roti gandum kering yang asin, yang tidak rusak di simpan bertahun-tahun, apalagi disimpan di dalam kamar yang rapat sekali. Di sini terdapat air jernih karena air kali kecil itu lewat di bagian sini. Dan di akhir terowongan menjadi tempat bersarangnya ratusan ribu burung sehingga aku dapat makan telur burung atau menangkap dan makan dagingnya. Sedangkan engkau di situ akan makan dan minum apa? Mencari makan dengan menuruni batu pedang sama saja dengan menyerahkan diri kepada para tosu Kun-lun-pai. Nah, katakan, siapa yang terjebak? Engkau amat membutuhkan aku, atau lebih tepat, tempat ini dan aku. Aku amat membutuhkan engkau untuk membacakan dan menuntun aku mempelajari kitab-kitab ilmu silat..."

"Heeeee? Engkau buta huruf?"

Merah wajah Cui Im.
"Buta sama sekali sih tidak. Kalau hanya membaca dan menulis surat-surat cinta saja aku bisa. Akan tetapi, kitab-kitab ini... terutama sekali kitab dari Siauw-lim-pai, tulisannya seperti cakar bebek dan bahasanya amat kuno, menggunakan sajak-sajak yang sukar dimengerti. Marilah kita berdamai dan saling membantu. Kita berdua dapat hidup di sini mempelajari ilmu dan kelak kita menjadi jago-jago nomor satu di dunia ini, apakah tidak senang dan nikmat?"

Keng Hong mengerutkan keningnya. Biarpun amat menggemaskan hatinya, namun harus dia akui bahwa ucapan Cui Im ada benarnya. Kalau memang ransum makanan dan air minum berada di seberang sana, sudah tentu dia amat membutuhkannya. Dan gadis itu juga membutuhkan dia untuk membaca kitab-kitab ilu.

Hemmmmm, dengan demikian, tentu saja dalam mempelajari ilmu-ilmu berdua, dia akan lebih menang karena lebih dulu membaca dan mudah saja untuk melewati bagian-bagian penting sehingga tingkat Cui Im akan tetap berada di bawahnya. Dengan demikian, kelak akan mudahlah menundukkan gadis ini kalau menjadi liar dan jahat. Tidak ada jalan pada saat seperti ini.

"Baiklah Cui Im, Tidak ada jalan lain bagi kita berdua selain berdamai dan bekerja sama. Nah, lontarkan ujung tambang itu agar jembatan tambang selalu terbentang!"

"Hi-hi-hik, nanti dulu Keng Hong."

"Ada apa lagi? Jangan engkau main-main, Cui Im."

"Bukan aku yang main-main, melainkan aku khawatir kalu engkau yang akan main-main. Lebih dulu bersumpahlah engkau, Keng Hong, baru aku mau bekerja sama denganmu. Siapa tahu engkau menipuku seperti engkau memberikan Siang-bhok-kiam palsu, hi-hi-hik!"

Keng Hong mendongkol sekali. Gadis ini terlalu cerdik, dia harus berhati-hati. Hanya ada satu harapannya, yaitu bahwa Cui Im agaknya benar-benar memcintainya sehingga dia tidak khawatir gadis itu akan tega mencelakainya. Pula, kalau dipikir secara mendalam, amatlah merugikan kalau kitab-kitab peninggalan suhunya itu dibawa pergi oleh Cui Im yang tentu minta bantuan orang-orang lain untuk membacakannya. Dengan demikian, isi kitab-kitab itu akan diketahui orang ke tiga. Lebih baik dia sendiri yang membacakannya daripada orang lain!

"Baiklah, Cui Im. Kalau engkau kurang percaya kepadaku, aku akan bersumpah. Harus bersumpah bagaimana?"

"Berlututlah dan bersumpahlah demi nama suhumu, Sin-jiu Kiam-ong!"

Keng Hong terkejut dan ingin membantah, akan tetapi dia sudah mengenal watak Cui Im Yang keras dan dalam persoalan mereka sekarang ini, kedudukannyalah yang lebih lemah dan tidak menguntungkan. Ia hanya menghela napas panjang untuk bersumpah saja, asal dia memegang sumpahnya, menggunakan nama suhunya juga tidak mengapa. Maka dia lalu berlutut dan mengucapkan kata-kata yang dikehendaki Cui Im.

"Teecu bersumpah demi nama suhu Sin-jiu kiam-ong.."

"Pertama, engkau tidak akan membunuhku!"

“….bahwa teecu tidak akan membunuh Ang-kiam Tok-sian-li Bhe Cui Im"

"Kedua, bahwa engkau akan membacakan kitab-kitab ilmu silat dengan sebenarnya dan tidak menipuku!"

Celaka, pikir Keng Hong dalam hatinya. Gadis ini cerdik bukan main! Terpaksa dia mengucapkan kata-kata menurut kehendak Cui Im ,

"... Bahwa teecu akan membacakan kitab-kitab ilmu silat dengan sebenarnya dan tidak menipunya..."

"Ke tiga, bahwa engkau akan menerima aku belajar sampai selesai dan tidak menghalangi bila sewaktu-waktu aku menghentikan pelajaran dan keluar dari tempat ini!"

Keng Hong meniru ucapan itu dan hatinya lega ketika Cui Im menyatakan sudah cukup puas. Cepat dia bangkit berdiri dan berkata dengan wajah berseri,

"Cui Im, lontarkan tabang itu dan aku ingin meninjau tempat di seberang situ!"

Cui Im menjadi heran mengapa Keng Hong kelihatan demikian gembira setelah bersumpah. Akan tetapi dia percaya bahwa seorang pemuda seperti Keng Hong ini sekali bersumpah, apalagi demi nama gurunya, sampai mati pun tidak akan sudi melanggar sumpahnya. Maka tanpa ragu-ragu lagi ia lalu melontarkan ujung tambang yang ada besi kaitannya ke seberang.

Pedang Kayu Harum







Tidak ada komentar: