*

*

Ads

FB

Jumat, 08 Juli 2016

Pedang Kayu Harum Jilid 032

Adapun tenaga sedot dari tangan Keng Hong timbul tanpa dia sengaja, tanpa dilatih dan tercipta karena dia kebanjiran sinkang yang dioperkan oleh gurunya sehingga merusak susunan di dalam tubuhnya yang mengakibatkan tenaga sedot mujijat itu. Dan dapat dibayangkan betapa kaget, heran dan penasaran hati Lam-hai Sin-ni ketika ia merasa betapa berlahan-lahan namun tentu, tenaga sedotnya terbetot dan kalah kuat sehingga mulailah sinkangnya membocor lagi memasuki tubuh pemuda itu lewat telapak tangan mereka!

"Aihhhh.....!"

Lam-hai Sin-ni berseru keras, tangan kirinya bergerak dan dengan kuku jari tangannya, ia menyentil ke arah pundak kanan Keng Hong. Seketika tubuh Keng Hong menjadi lemas dan untung pemuda ini masih ingat untuk cepat menarik tangannya sambil meloncat mundur, kalau tidak, tentu ia akan dipukul lagi dengan pukulan maut.

Nenek itu cerdik luar biasa. Kalau tadi ia memukul begitu saja ke tubuh Keng Hong, pukulannya tentu akan ambalas pula ke dalam lautan sinkang yang memiliki daya sedot luar biasa itu. Maka ia menyentil dengan kuku jari, menotok jalan darah sehingga daya sedot itu tidak dapat menarik sinkangnya karena terhalang oleh kuku jari.

Kini dengan marah Lam-hai Sin-ni sudah melangkah maju, kedua tangannya siap memberi pukulan maut. Tiba-tiba Cui Im meloncat dan sambil menjatuhkan diri berlutut ia berkata.

"Subo.... subo.... harap tunggu dulu keterangan teecu..... teecu berani bersumpah bahwa pedang Siang-bhok-kiam memang dirampas oleh tosu-tosu bau dari Kun-lun-pai seperti diceritakan bocah ini. Teecu sendiri yang melihatnya dengan mata teecu."

Nenek itu mengerutkan kening.
"Ceritakan!" katanya kepada muridnya itu dengan jelas Cui Im lalu bercerita, menceritakan betapa ia menyusup ke Kun-lun-pai dan tertawan, kemudian betapa ia melihat sendiri Keng Hong menyerahkan pedang kayu Siang-bhok-kiam kepada Kiang Tojin.

Setelah mendengar cerita ini, nenek itu kembali menghadapi Keng Hong yang sudah bangkit duduk. Sejenak ia memandang tajam, kemudian berkata.

"Bocah tidak setia! Baru saja turun dari Kiam-kok-san, sudah memberikan pedang kepada tosu Kun-lun-pai! Murid macam apa ini! Tanpa Siang-bhok-kiam, kau tidak ada gunanya dan lebih baik mati!"






Setelah berkata demikian, kembali nenek itu menerjang maju hendak menyerang Keng Hong!

"Ibu, tahan....!!"

Tiba-tiba berkelebat bayangan putih dan tahu-tahu Biauw Eng telah berdiri menghadap di depan ibunya, membelakangi Keng Hong yang sudah siap-siap membela diri sekuatnya.

"Eng-ji, mau apa engkau? Minggir!"

"Tidak, Ibu. Kau tidak boleh membunuh Cia Keng Hong."

"Apa? Dia tiada gunanya, tidak membawa Siang-bhok-kiam, harus kubunuh!"

"Jangan, Ibu. Dia telah menolongku dari kekejian Ang-bin Kwi-bo. Ibu tidak boleh membunuhnya."

Sejenak ibu dan anak berdiri tegak berhadapan, bertentang pandang dan Keng Hong yang melihat ini merasa betapa bulu tengkuknya berdiri. Alangkah serupa benar orang ini. Hanya yang seorang nenek-nenek, yang ke dua gadis remaja. Akan tetapi keduanya sama-sama berwajah dingin dan memiliki pandangan mata yang membayangkan kekerasan hati seperti baja!

"Pernah menolongmu bukan alasan untuk mencegah aku membunuhnya! Dia harus kubunuh karena dia, manusia tolol murid tidak setia ini, dia agaknya telah menerima pelajaran Thi-khi-i-beng dari Sin-jiu Kiam-ong setan tidak setia itu! Dia harus kubunuh. Minggirlah!"

Akan tetapi sedikitpun Biauw Eng tidak mau minggir, bahkan ia menegakkan kepala, membusungkan dada dan memandang ibunya dengan sikap menantang.

"Tidak!" Katanya dan untuk pertama kali terdengar suaranya dipengaruhi nafsu. "Ibu tidak boleh membunuhnya!"

Lam-hai Sin-ni tertegun. Sejak kecil puterinya ini tidak pernah berani membantahnya. Dia yang menjadi semacam "ratu" di daerah pantai laut selatan, yang ditakuti semua orang, kini terheran-heran menyaksikan puterinya sendiri hendak membantah dan melawannya!

"Apa kau bilang? Mengapa tidak boleh?"

"Karena aku cinta kepada Cia Keng Hong!"

Sunyi sekali setelah ucapan yang nyaring itu diucapkan oleh Biauw Eng. Tiga pasang mata terbelalak, yaitu mata Keng Hong, Cui Im dan lam-hai Sin-ni sendiri. Keng Hong terbelalak dan jantungnya berdebar keras sampai tubuhnya menjadi gemetar. Biauw Eng cinta kepadanya? Sungguh hal yang sama sekali tak pernah dia duga! Kalau Cui Im yang mencintainya, hal itu tidak aneh, dia mengenal watak mata keranjang murid Lam-hai Sin-ni itu.

Akan tetapi Biauw Eng? Sikapnya terhadapnya begitu dingin, begitu galak! Juga Cui Im terbelalak. Mendengar sumoinya secara terang-terangan mengaku cinta kepada seorang pemuda, benar-benar membuat ia seperti mimpi di siang hari! Padahal biasanya, sumoinya itu memandang rendah semua pria, bahkan menjadi marah-marah dan memaki-makinya kalau dia bicara tentang pria. Sumoinya seorang yang "alim" dan agaknya mempunyai pantangan untuk segala macam bentuk cinta terhadap pria!

"Kau.... kau gila....? kau.... kau mencita murid Sin-jiu Kiam-ong.....?" Lam-hai Sin-ni berbisik, seolah-olah tidak percaya kepada telingnya sendiri.

"Kau..... heh-heh-heh.... kau mencinta dia.....?" Baru sekali ini Cui Im mendengar gurunya tertawa dan ia merinding penuh keseraman. suara ketawa itu lebih pantas disebut isak tangis. "Kau mencinta muridnya? Dia..... dia tentu mata keranjang, tidak setia seperti..... seperti....."

"Seperti ayah, Ibu? Biarlah! Ibu membenci ayah, akan tetapi aku tidak membenci Sin-jiu Kiam-ong. Dan biarpun ibu pura-pura membenci, aku tahu bahwa ibu amat cinta kepadanya, buktinya ibu memberi she sie kepadaku, she dari Sin-jiu Kiam-ong Sie Cun Hong, ayahku. Aku cinta kepada Cia Keng Hong dan ibu tidak boleh membunuhnya!"

Tiba-tiba Lam-hai Sin-ni mengeluarkan pekik mengerikan, kemudian wajahnya yang biasa dingin itu berubah beringas.

"kau gila! Minggir! pengakuanmu ini malah mendorongku untuk membunuh si keparat! Minggir!"

"Tidak, ibu!" Biauw Eng melolos sabuk suteranya dan berkata kepada Keng Hong dengan suara halus, "Keng Hong, kau pergilah. Kau pergilah setelah kau mendengar pengakuanku. Pergilah.....!"

Wajah Keng Hong menjadi pucat. Jadi Biauw Eng ini adalah puteri gurunya! Kalau begitu...... antara gurunya dan Lam-hai Sin-ni pernah menjadi hubungan suami istri! Dan puteri gurunya ini mencintainya! Ia tidak tahan lagi, merasa kasihan mendengar suara mengetar dari Biauw Eng ketika menyuruh dia pergi. Sambil menghela napas, dia lalu membalikan tubuhnya dan meloncat pergi dari tempat itu.

"Minggir.....!"

Lam-hai Sin-ni berteriak sambil menerjang ke depan, hendak mengejar Keng Hong. Akan tetapi Biauw Eng juga menerjang maju menyambut ibunya dengan serangan sabuk sutera sambil berkata.

"Ibu hanya dapat mengejarnya melalui mayatku!"

Nenek itu mendorong anaknya supaya jangan menghalanginya, akan tetapi sabuk sutera putih Biauw Eng bergerak cepat mengirim totokan ke arah kedua lutut ibunya dengan kuat sekali.

Lam-hai-Sin-ni menjadi makin marah karena totokan yang dilakukan puterinya itu kalau mengenai lututnya tentu akan membuat kedua kakinya tak dapat lari lagi, maka sambil mendengus ia menyambar ujung sabuk sutera itu dengan kedua tangannya, merengutnya terlepas dari tangan Biauw Eng dan melemparkannya ke atas tanah. Hal ini terjadi tanpa dapat dicegah oleh Biauw Eng. Sementara itu bayangan Keng Hong sudah pergi jauh sekali dan Lam-hai Sin-ni cepar lari mengejar.

Akan tetapi, kembali Biauw Eng menyerangnya. Kini dengan pukulan tangan yang amat dahsyat. Lam-hai Sin-ni terkejut, terheran-heran dan hampit tidak percaya akan pandang matanya sendiri. Puterinya sendiri menyerangnya seperti ini? Dengan pukulan maut?? Teringatlah nenek ini akan keadaan dirinya sendiri dahulu dan terdengar suara terisak dari dalam dadanya.

Pukulan puterinya itu ia tangkis dengan keras sehingga Biauw Eng terpekik dan terbanting ke kiri sampai bergulingan. Gadis ini cepat menoleh ke arah larinya Keng Hong dan hatinya agak lega melihat bahwa pemuda itu tentu sudah lari jauh sekali karena tak tampak lagi bayangannya. Ketika ia menengok ke arah ibunya, ia terkejut dan terheran, kemudian ia bangkit berdiri dan lari menubruk ibunya yang ternyata sudah duduk bersila sambil meramkan mata, mukanya pucat seperti mayat dan tubuhnya kaku! Ia maklum bahwa ibunya sedang berduka sekali dan bahwa di dalam dada ibunya sedang terjadi "perang" antara membunuh Keng Hong dan memenuhi permintaan puterinya. Biauw Eng yang berlutut di depan ibunya, menyentuh kaki ibunya dan menangis.

Cui Im terbelalak untuk kedua kalinya. Selama menjadi murid Lam-hai Sin-ni baru sekarang ini ia melihat keanehan yang terjadi pada diri sumoinya yang biasanya amat ia kagumi karena sumoinya itu biarpun lebih muda dari padanya, namun amat lihai dan memiliki sifat-sifat yang persis Lam-hai Sin-ni.

Akan tetapi hari ini, gara-gara Keng Hong, ia melihat sumoinya menyatakan cinta kepada Keng Hong, dan kini, hal yang luar biasa ia lihat ketika sumoinya itu menangis! Timbul perasaan panas di hatinya. Dia sendiri tergila-gila kepada Keng Hong, tergila-gila akan ketampanannya dan terutama sekali akan ilmu kepandaiannya dan pusaka-pusaka yang mungkin sekali akan bisa ia dapatkan melalui pemuda itu. Kini mendengar pengakuan sumoinya, diam-diam ia menjadi iri hati, cemburu dan marah.

Ibu dan anak itu sama sekali tidak tahu betapa Ang-kiam Tok-sian-li memandang ke arah Biauw Eng dengan sinar mata aneh, seolah-olah mengeluarkan api yang hendak membakar seluruh tubuh gadis baju putih itu. Tidak tahu pula betapa diam-diam Bhe Cui Im pergi meninggalkan tempat itu dengan sikap aneh dan berkali-kali melirik ke arah Biauw Eng dengan sinar mata penuh kebencian!

Sesaaat kemudian, Lam-hai Sin-ni membuka matanya dan melihat puterinya menangis didepanya, ia menghela napas panjang dan berkata halus sambil mengelus rambut kepala puterinya.

"Eng-ji, hukum karma selalu mengikuti kita....."

Biauw Eng memeluk ibunya dan tangisnya makin memilukan . Sesungguhnya, gadis ini tidak mewarisi watak ibunya, tidaklah sedingin yang dia perlihatkan. Gadis ini perasa sekali, penuh semangat dan memandang dunia dengan sepasang mata yang penuh kegembiraan, dapat dengan mudah menangkap keindahan-keindahan pada setiap benda yang dipandangnya, yang didengarnya, yang diciumnya.

Akan tetapi, oleh karena semenjak ia kecil ia sudah digembleng oleh Lam-hai Sin-ni untuk mengekang perasaan, untuk meniru sifatnya yang dingin seperti es, maka Song-bun Siu-li Sie Biauw Eng ini menjadi seorang gadis yang aneh dan dingin. Dingin paksaan, pada lahirnya saja, seperti sebuah gunung berapi yang diliputi salju. Inilah sebabnya mengapa sekali jatuh cinta, ia menjadi nekat dan berani mengaku secara terus terang dan bahkan berani membela kekasihnya dengan melawan ibunya! Biarpun diselimuti salju, kalau gunung es itu meletus, takan ada yang dapat menahannya!

"Ibu....., kau ampunkan anakmu yang put-hauw (tak berbakti) ini...."

Lam-hai Sin-ni kembali menghela napas.
"Menanam bibit apel, memetik buah apel, menanam pohon korma, memetik buah korma. Aku menentang ayahku karena cinta, kini engkau menentang aku karena cinta. Semua ini sudah adil.....!"

Biauw Eng mengangkat mukanya memandang muka ibunya dan baru sekali ini ia melihat betapa wajah ibunya membayangkan sesuatu, membayangkan kedukaan! Dan baru sekarang pula ia mendengar ibunya menyebut-nyebut keluarganya. Biasanya ibunya tidak pernah bercerita, hanya menyatakan bahwa ayahnya adalah Sin-jiu Kiam-ong Sie Cun Hong yang akhir-akhir ini menjadi terkenal sekali, bahkan pedang pusaka Siang-bhok-kiam ayahnya itu menjadi rebutan semua orang gagah di dunia Kang-ouw karena Pedang Kayu Harum itu menjadi kunci rahasia penyimpanan benda-benda pusaka yang dikumpulkan oleh ayahnya itu dengan jalan mencuri, merampas, atau diberi orang. Ketika ia pernah bertanya mengapa ayah dan ibunya berpisah, ibunya hanya menjawab dingin.

"Dia seorang laki-laki yang tidak setia! Semua pria di dunia ini tidak ada yang setia! Karena itu, jangan kau mudah menjatuhkan cinta kasihmu kepada pria, Eng-ji! Sekali cinta kasihmu jatuh, engkau akan menderita!"

Sekarang, ibunya menyebut-nyebut tentang ayah dari ibunya atau kakeknya, maka dengan ingin tahu sekali ia bertanya.

"Ibu menentang kong-kong....?"






Tidak ada komentar: