*

*

Ads

FB

Rabu, 29 Juni 2016

Pedang Kayu Harum Jilid 016

Tentu saja! Apa kau kira aku ini anak kecil yang suka menonton keramaian begitu saja? Dan aku malah berhasil sekali, lebih berhasil daripada mereka yang menggunakan kekerasan. Mereka itu semua terusir oleh to"su-tosu bau Kun-lun-pai, belasan orang gagah di dunia Kang-ouw, sama sekali tidak berhasil, melihatnya pun tidak! aku sengaja membiarkan diriku tertangkap oleh tosu-tosu bau itu. Memang harus diakui bahwa kalau aku melawan, tidak akan mampu mengalahkan tosu-tosu yang demikian banyak, apalagi tosu she Kiang dan gurunya itu amat lihai. aku sengaja menjadi tawanan dan akalku berhasil memancing kau datang karena jeritan-jeritanku. akan tetapi siapa kira, karena ketololanmu, kau serahkan pedang itu begitu saja!"

Mulai lagi maki-makian! Kini mengertilah Keng Hong mengapa gadis ini telah dapat meloloskan diri dari ikatan kaki tangannya sebelum dilepaskan. Kiranya gadis itu memang sengaja membiarkan dirinya ditawan. Benar-benar seorang gadis yang cerdik sekali, dan juga penuh keberanian.

"Untuk apakah engkau menginginkan pedang Siang-bhok-kiam, nona?"

"Eh-eh-eh, masih bertanya untuk apa lagi? Tentu saja untuk mendapatkan rahasianya. Keng Hong, katakanlah terus terang, apakah engkau sudah mendapatkan pula rahasia penyimpanan kitab-kitab pusaka yang terdapat di pedang itu?"

Pandang mata itu penuh gairah, agaknya bernafsu sekali gadis ini untuk mendapatkan kitab-kitab pusaka simpanan Sin-jiu Kiam-ong.

Keng Hong menggeleng kepalanya.
"Belum dan agaknya tidak akan dapat kutemukan. Aku pun tidak ingin kembali ke Kun-lun-san. Nona, mengapakah mereka itu semua memperebutkan rahasia itu? Sampai mati-matian dan saling bermusuhan?"

Gadis itu menggerakkan alisnya dan memandang pemuda ini dengan heran.
"Engkau benar-benar masih hijau! Sudahlah, yang penting sekali ini ceritakan kepadaku ilmu apa saja yang kau pelajari dari Sin-jiu Kiam-ong? Tadi kulihat engkau menggunakan ilmu yang mijizat, kau pandai menyedot sinkang orang lain, bahkan Kiang Tojin yang begitu lihai hampir mampus ditanganmu. Ilmu apakah itu? Sukakah kau menceritakannya kepadaku?"

Tiba-tiba saja sikap gadis ini manis sekali, wajahnya berseri matanya bersinar-sinar dan bibirnya tersenyum.

Keng Hong hanya bisa menggeleng kepalanya, kemudian melihat wajah cantik itu menjadi murung dia cepat berkata,

"Sungguh mati, aku sendiri tidak mengerti. Aku sendiri membenci penyakit yang ada pada tubuhku ini. Aku tidak mempelajari apa-apa kecuali dasar-dasar ilmu silat dan beberapa pukulan dan permainan pedang. Kalau dibandingkan dengan orang lain, tentu tidak ada artinya .”





"Hemmm, engkau pandai merendahkan diri dan bersikap sungkan, alangkah jauh bedanya dengan gambaran tentang gurumu!"

Akan tetapi kegalakkan ini segera berubah lagi, kini gadis itu tersenyum manis, dan membuka tutup guci hendak diminumnya. Akan tetapi dia mengerutkan kening dan berkata seorang diri,

"Ah, air ini kurang sedap!"

Ia lalu mengeluarkan sebuah bungkusan dari saku bajunya dan ketika dibuka, ternyata berisi daun-daun dan kembang-kembang kering. Dituangkannya sebungkus daun dan kembang kering ini ke dalam guci airnya, lalu dikocoknya guci itu sambil memandang Keng Hong. Ditatap sepasang mata seperti itu, Keng Hong menjadi tak enak hati kalau berdiam diri saja maka dia bertanya.

"Apakah yang kau masukkan dalam air minum itu?"

"Daun wangi dan kembang harum, pengganti teh yang amat lezat dan sedap!" jawab gadis itu sambil menggelogok air dari guci seperti tadi. Tercium bau yang harum keluar dari mulut guci. Gadis itu selesai minum lalu menyerahkan gucinya kepada Keng Hong sambil berkata, "Kau minumlah.”

Keng Hong menggeleng kepala.
"Aku tidak haus.”

"Eh, biarpun tidak haus, air ini sekarang menjadi minuman enak. Coba cium, tidak harumkah?"

Gadis itu mendekatkan mukanya dan membuka mulutnya, menghembuskan nafas ke arah muka Keng Hong. Pemuda itu terkejut dan mukanya terasa panas sekali, jantungnya berdebar tegang. Ia merasa canggung dan juga jengah.

"Apakah kau takut kalau air ini kucampuri racun?"

Untuk mencegah gadis itu melakukan hal-hal aneh yang lebih hebat lagi, tanpa banyak cakap Keng Hong lalu menerima guci air dan menggelogoknya. Memang harum dan terasa agak manis, akan tetapi mulut dan lidahnya yang terlatih tiba-tiba merasakan sesuatu yang tidak asing baginya. Racun! Racun yang amat kuat dan jahat!

Namun dia cepat dapat menekan perasaannya, tidak memperlihatkan sesuatu pada mukanya, bahkan lalu terus menuangkan air beracun itu sampai habis pindah ke dalam perutnya! Ketika dia menurunkan guci kosong dan berkata,

"Lezat sekali!" gadis itu memandangnya dengan sepasang mata bersinar-sinar.

Sambil tersenyum-senyum gadis itu kini mengambil sesuatu dan karena yang diambilnya itu agaknya berada di saku dalam dari bajunya, ia lalu membuka dua kancing baju bagian atas. Cara ia membuka kancing secara terang-terangan begitu saja di depan Keng Hong, dengan gaya memikat dan manis sekali.

Keng Hong terbelalak, lebih heran daripada kaget dan jengah, melihat betapa bagian atas baju itu terbuka memperlihatkan pakaian dalam yang berwarna merah muda dan sebagian dada yang memanjat. Gadis itu merogoh ke balik baju yang menutup dada dan mengeluarkan sebuah bungkusan merah. Ketika dibuka, ternyata bungkusan itu berisi belasan butir pil merah. Ia mengambil dua butir dan segera menelannya. Ia lalu mengembalikan bungkusan itu ke balik bajunya, kemudian seperti terlupa dan tidak mengancingkan kembali baju bagian atasnya terbuka itu. Keng Hong terpaksa menundukkan muka agar jangan melihat tonjolan dada yang berkulit putih halus itu.

"Keng Hong, lihatlah kepadaku!"

Terpaksa pemuda itu mengangkat mukanya memandang, mengusir ketegangan dan kebingungan hatinya. Gadis ini jelas berusaha hendak meracunnya. Apakah maksudnya? Mengapa hendak membunuhnya? Ia tahu bahwa racun itu dapat membunuh seorang lawan yang betapapun kuatnya.

"Lihatlah baik-baik, Keng Hong. Tidak indahkah rambutku? Tidak cantikkah wajahku? Cantik sekali, bukan?"

Gadis itu tersenyum-senyum dan mengerlingkan matanya, bergaya dan menggerak-gerakkan mukanya agar dapat terpandang oleh pemuda itu dari depan, kiri dan kanan.

"Hemmmm, begitulah...." jawab Keng Hong yang masih mencari-cari sebab perbuatan gadis itu.

Ia kini dapat menduga bahwa pil merah tadi adalah obat pemunah racun karena si gadis tadi pun minum air beracun.

"Lihat baik-baik, pandanglah...... tidak halus dan putih bersihkah kulitku, Keng Hong?"

Suaranya kini amat halus merdu, penuh nada merayu dan tangannya sengaja menyingkap baju atasnya agar belahan dada tampak makin nyata.

Keng Hong menelan ludah. Jantungnya berdebar kencang dan cepat dia menekan dengan kekuatan batinnya. Belum pernah selama hidupnya dia mengalami hal seperti ini, dalam mimpi pun belum! Gadis yang bernama Bhe Cui Im itu kini bangkit berdiri, gerakannya lemah gemulai, leher, pinggang dan lututnya melenggak-lenggok mengingatkan Keng Hong akan gerakan tubuh seekor ular.

"Pandanglah baik-baik, orang muda remaja! Tidak indahkah bentuk tubuhku? Lihat dadaku, pinggangku, pinggulku...."

"Hemmmm, begitulah....!" hanya demikian Keng Hong dapat berkata karena kerongkongannya tiba-tiba seperti menjadi kering kembali, seperti orang kehausan.

"Aku masih muda, cantik jelita, bertubuh menggiurkan! aku seorang gadis yang amat menarik hati, bukan?"

"Hemmm, begitulah!"

Tiba-tiba Cui Im menghentikan gayanya dan dengan kasar dia duduk di depan Keng Hong. Senyum manis kerling mata tajam kini lenyap dan gadis itu mengerutkan keningnya dengan bayangan hati kesal.

"Begitulah! Begitulah! Begitulah! Tidak bisa berkata lainkah, hai orang dungu? Sin-jiu Kiam-ong kabarnya merupakan pria tukang merayu wanita nomor satu di dunia, ahli merayu dan mencumbu wanita. Apakah gurumu yang....terkutuk itu tidak mengajarkan kepandaian merayu wanita kepadamu, heh, bocah tolol?"

Keng Hong tersenyum. Kini dia mulai mengenal wanita ini. Wanita yang cantik jelita, namun wanita yang amat berbahaya, seperti seekor ular berbisa. Timbul pula kegembiraannya karena terhadap seorang wanita seperti ini, dia tidak perlu bersikap canggung, malu-malu atau takut-takut. Ia menggelengkan kepala dan tersenyum mengejek.

"Kau sudah mau mampus, tahukah? Kau calon bangkai makanan cacing! Hendak kau lihat ke mana perginya wajahmu yang tampan itu kalau sudah digerogoti cacing nanti. Kau tahu bahwa engkau telah minum racun? di dalam air tadi, tolol, terdapat racun yang mematikan. Racun bunga Siang-tok-hwa (Bunga Racun Wangi) yang kini telah memasuki perutmu, yang akan menghancurkan ususmu, membuat isi perutmu menjadi busuk. Tahukah engkau? Dan obat pemunahnya hanya berada padaku, obat pemunah pil merah seperti yang kutelan tadi. Kalau kau tidak kutolong, nyawamu pasti akan melayang dalam waktu dua puluh empat jam! Nyawamu berada di tanganku sekarang, mengerti?”

Keng Hong mengangguk-angguk. Mengertilah dia sekarang, teringatlah dia bahwa racun yang tidak asing baginya itu adalah Siang-tok-hwa. Tentu saja dia mengenalnya baik-baik, dan tadi dia terlupa karena terpesona oleh sikap dan gaya gadis luar biasa ini.

"Cui Im, apakah kehendakmu? Apakah maksudnya semua ini? Mengapa kau meracuniku?"

"Karena tolol engkau menjadi menyebalkan. Segala apa tidak mengerti. Otakmu tumpul benar perlu dicuci! Tentu saja nyawamu kucengkeram untuk ditukar dengan rahasia barang pusaka gurumu yang.... terkutuk!"

"Diam dan jangan memaki mendiang suhu atau.... aku takkan sudi melayanimu bicara lagi!"

Terbelalak mata gadis itu mendengar bentakan yang tak disangka-sangkanya akan dapat dikeluarkan oleh mulut pemuda tolol itu. Akan tetapi hanya sebentar karena ia mengira bahwa hal itu timbul karena kebaktian bocah ini terhadap mendiang gurunya.

"Engkau telah menyerahkan Siang-bhok-kiam kepada tosu-tosu bau Kun-lun-pai. Akan tetapi pedang itu bagiku tidak ada artinya. Belum tentu bisa menangkan pedangku ini!" Gadis itu meraba pinggangnya dan....

"Swingggg...." tangannya sudah memegang sebatang pedang yang mengeluarkan sinar kemerahan.

Kiranya pedang itu amat tipis, terbuat daripada baja lemas sehingga dapat dipergunakan sebagai sabuk! Kini gadis itu menodongkan ujung pedangnya ke depan dada Keng Hong.

"Aku tidak butuh Siang-bhok-kiam! Yang kubutuhkan kitab-kitab pusaka dan barang-barang mustika peninggalan suhumu. Engkau turun dari Kiam-kok-san hanya membawa pedang, berarti bahwa pusaka-pusaka warisan itu masih belum kau bawa turun. Kau antar aku kesana, berikan semua itu kepadaku, tunjukkan rahasianya, dan mungkin nyawamu akan kubebaskan, dan selain itu.... hemmm, kalau kau tidak terlalu tolol, kita dapat menjadi sahabat baik!"

Keng Hong bukan seorang bodoh sungguhpun kelihatannya dia ketolol-tololan. Ia telah diracun, akan tetapi racun yang ada obat pemunahnya pada gadis itu. Berarti bahwa dia tidak akan dibunuh. Gadis ini menghendaki barang-barang pusaka gurunya, tentu saja tidak akan membunuhnya, melainkan hendak memaksanya dengan jalan meracuninya. Benar-benar seorang gadis yang berhati kejam! Mengapa ada seorang gadis cantik jelita seperti ini berhati sekejam itu? Ia merasa penasaran sekali dan perasaan inilah yang mendorongnya untuk menyaksikan lebih lanjut sampai di mana kekejaman gadis ini dan apa yang akan dilakukan atas dirinya.

"Aku tidak menerima warisan pusaka-pusaka yang kau maksudkan, dan aku pun tidak tahu rahasianya.”

**** 011 ****





Tidak ada komentar: