*

*

Ads

FB

Rabu, 29 Juni 2016

Pedang Kayu Harum Jilid 013

Ketika serangan kedua ini gagal, Keng Hong yang khawatir kalau-kalau menerima serangan balasan, lalu menggunakan ginkangnya dan di udara tubuhnya sudah berjungkir balik di barengi seruannya yang keras sekali. Tubuhnya berputaran di udara dan membalik, lalu meluncur turun dan langsung menyerang untuk ketiga kalinya ke arah Kiang Tojin yang masih berdiri terbelalak.

Gaya serangan tadi saja sudah membayangkan ilmu silat yang luar biasa, apalagi tenaganya yang membuat kulit tubuhnya terasa pedas dan dingin sekali, kini menyaksikan ginkang sehebat itu tosu ini melongo. Namun pada detik berikutnya, tubuh pemuda ini sudah meluncur dan menyerangnya dari atas seperti seekor burung garuda menyambar.

Sekali ini Keng Hong menggunakan jurus ke delapan atau jurus terakhir dari ilmu silat San-in-kun-hoat, yaitu jurus yang disebut In-keng-hong-i (Awan Menggetarkan Angin dan Hujan). Jurus inilah yang paling sukar dimainkan, karena keempat kaki tangan melakukan serangan dari atas secara bertubi-tubi.

Keng Hong yang ingin memperlihatkan apa yang telah dia pelajari dari suhunya agar tidak dipandang rendah, telah menggerakkan kedua kakinya susul-menyusul menendang ke arah dada dan perut, disusul dengan hantaman tangan kiri yang terkepal ke arah leher dan akhirnya dengan jari terbuka ke arah ubun-ubun kepala lawannya!

Benar-benar serangan yang amat hebat, cepat dan mengandung tenaga mijizat karena pada saat itu dia mempergunakan seluruh hawa sinkang di tubuhnya yang dia lancarkan melalui kedua tangan dan kakinya! Dengan pukulan seperti inilah ketika dia marah-marah kepada diri sendiri di puncak batu pedang, dia telah menggempur batu menonjol sehingga batu setinggi orang itu telah hancur lebur.

"Hayaaaa....!"

Kiang Tojin benar-benar kaget sekali sekarang. Ia maklum bahwa sedikit pun dia tidak boleh memandang ringan serangan ini dan dia pun maklum bahwa serangan ini terlalu dahsyat dan berbahaya. Maka dia mengerahkan perhatian dan tenaganya. Tendangan kedua kaki mengarah perut dan dadanya dia hindarkan dengan elakan cepat, demikian pula pukulan ke arah lehernya.

Akan tetapi tamparan ke ubun-ubunnya sedemikian cepat dan hebatnya sehingga amat berbahaya kalau dielakkan karena terkena sedikit saja bagian kepalanya tentu akan mendatangkan bencana hebat, maka dia mengerahkan tenaganya, miringkan kepala dan tubuh kemudian secepat kilat dia menangkis tamparan itu sambil terus menangkap tangan Keng Hong yang terbuka.

Kiang Tojin adalah seorang tokoh besar yang telah memiliki tingkat kepandaian amat tinggi, juga memiliki tenaga sinkang yang sukar di cari bandingnya. Maka amatlah mengherankan kalau kini menghadapi seorang muda yang baru belajar selama lima tahun dia terpaksa harus berhati-hati dan mengerahkan tenaganya.





"Plakk....! Aihhhh.....!"

Kiang Tojin berseru kaget sekali. Ketika dia menangkis tamparan Keng Hong dengan Telapak tangannya, dia merasa seolah-olah lengannya tertindih tenaga yang amat kuat dan beratnya hampir tak kuat dia menahannya, yang membuat seluruh lengan sampai setengah dada terasa ngilu!

Sebagai seorang yang sakti, tentu saja dia terkejut namun tidak kehilangan akal. Cepat dia memutar telapak tangannya bergerak, tubuh Keng Hong terbanting ke bawah. Namun karena pemuda itu memiliki ginkang yang luar biasa, dia terbanting dalam keadaan berdiri sungguhpun bantingan itu membuat dia berdiri setengah berlutut dengan tangan masih menempel dengan tangan Kiang Tojin yang menangkapnya.

"Heeeiiiitttt....!"

Kembali Kiang Tojin memekik kaget dan megerahkan tenaga sinkang untuk melepaskan pegangannya.

Namun sungguh aneh sekali, dia tidak dapat melepaskan pegangannya pada tangan Keng Hong! Dapat dibayangkan betapa kaget dan herannya ketika dia merasa betapa makin dia mengerahkan sinkang, maka hawa sakti itu seolah-olah air dituangkan ke dalam laut, amblas dan hanyut tanpa bekas, bahkan kini tak dapat lagi dia menahan sinkangnya yang terus mengalir keluar melalui lengannya dan tersedot masuk ke dalam tubuh Keng Hong melalui tangan!

"Iiiiihhhh...., ehhhh....!"

Kiang Tojin menjadi pucat, matanya terbelalak dan dia meronta-ronta hendak melepaskan pegangannya. Sia-sia belaka, karena seperti ada tenaga mijizat yang membuat tangannya lekat dan diapun tak dapat menahan sinkangnya yang menerobos keluar!

Tentu saja Kiang Tojin tidak mengerti bahwa kalau tadi dia hampir kalah kuat oleh Keng Hong, adalah karena pemuda itu telah menerima pengoperan sinkang dari Sin-jiu Kiam-ong dalam saat terakhir sehingga dapat dikatakan bahwa yang dia lawan bukan sinkang asli Keng Hong, melainkan sama dengan melawan Sin-jiu Kiam-ong! Dan kini, baik dia sendiri maupun Keng Hong tidak mengerti betapa ada tenaga "menyedot" luar biasa pada diri Keng Hong sehingga hawa sakti dari tubuh tosu itu mengalir keluar dan pindah ke dalam tubuh pemuda itu!

Ketika Keng Hong merasa betapa hawa panas mengalir dari tangan tosu itu dan menerobos memasuki tubuhnya melalui tangannya tanpa dapat dicegah lagi, dia tahu apa yang telah terjadi dan dia menjadi terkejut sekali. Mula-mula dia mengira bahwa seperti apa yang telah dilakukan mendiang suhunya, tosu penolongnya inipun hendak mengoperkan sinkang kepadanya, akan tetapi ketika melihat wajah tosu itu menjadi pucat, sikapnya yang gugup dan betapa tosu itu dengan sia-sia hendak melepaskan pegangan, dia menjadi kaget bukan main.

Tanpa dia ketahui sendiri, dalam dirinya telah timbul semacam "penyakit" yang dia sendiri tidak mampu obati, yaitu telah timbul semacam daya sedot yang hebat dan yang tak dikuasainya. Hal ini terjadi diluar kehendaknya dan dia tidak tahu bahwa ketika Sin-jiu Kiam-ong memaksakan sinkangnya berpindah ke tubuh muridnya, paksaan yang tidak wajar ini telah mengacau hawa sakti di tubuh Keng Hong dan telah merusak susunannya sehingga menimbulkan kekuatan daya sedot yang amat luar biasa ini. Dalam bingungnya, Keng Hong juga membetot-betot tangannya dan mulutnya berkata gagap

"Totiang.....lepaskan......, lepaskan tanganku.....!"

Selagi mereka berkutetan, masing-masing ingin melepaskan tangan yang saling melekat, beberapa orang tosu yang menjadi sute dari Kiang Tojin, menjadi marah. Mereka ini juga merupakan orang-orang yang berilmu tinggi. Mereka tidak tahu apa yang telah terjadi, akan tetapi melihat betapa suheng (kakak seperguruan) mereka menjadi makin pucat dan tampak gugup dan bingung, mereka itu sebanyak empat orang telah melangkah maju menghampiri Keng Hong. Seorang di antara mereka berseru marah.

"Bocah jahat, lepaskan!"

Empat buah lengan yang kuat dan mengandung penuh tenaga lweekang menyentuh tubuh Keng Hong. Dua orang memegang tangannya, dua orang lagi memegang kedua pundaknya. Keng Hong tidak melawan dan dia masih dalam keadaan setengah berlutut.

Namun begitu empat buah tangan itu menyentuh Keng Hong, terdengar seruan-seruan kaget, bukan hanya empat orang tosu itu yang berseru kaget, bahkan Keng Hong juga mengeluh dan berteriak,

"Lepaskan......!"

Ternyata bahwa kini empat orang tosu itu tak dapat melepaskan lagi tangan mereka yang menempel tubuh Keng Hong dan seperti tempat air bocor, sinkang di tubuh mereka juga mengalir dan disedot masuk ke dalam tubuh pemuda itu!

"Bocah berilmu iblis!"

Seorang di antara tosu itu memaki dan dia memukul dengan tangan lain ke punggung Keng Hong. Akan tetapi hanya terdengar suara “plakkk!" dan kini tangannya yang sebelah lagi itu pun melekat dan makin hebatlah tosu ini tersedot tenaganya sehingga dia menjadi pucat dan lemas seketika!

Keliru kalau mengira bahwa Keng Hong merasa senang menerima terobosan hawa sakti yang berkelimpahan memasuki tubuhnya ini. Tubuhnya menjadi makin panas, tidak karuan rasanya, seolah-olah sebuah bola karet yang terisi angin, tubuhnya terasa seperti akan meledak, dadanya penuh hawa, pusarnya penuh hawa yang menekan-nekan dan memberontak hendak keluar, kepalanya pening sekali dan mukanya menjadi merah seperti udang rebus!

Ia merasa tersiksa sekali, apalagi karena dia maklum bahwa lima orang tosu itu bisa tewas kalau mereka tidak lekas-lekas dapat melepaskan tangan mereka dari tubuhnya. Namun dia sendiri tidak tahu bagaimana caranya agar dapat terlepas dari mereka! Kalau tadinya dia masih dapat berteriak-teriak minta mereka melepaskan tangan sambil meronta-ronta, kini dia hanya dapat mengeluarkan suara "ah-ah-uh-uh" seperti orang gagu.

Keadaan Kiang Tojin dan empat orang tosu itu lebih menderita lagi. Mereka merasa betapa tenaga sinkang mereka makin lama makin menipis, tersedot secara ajaib tanpa mereka dapat mencegahnya. Tubuh mereka menjadi lemas, kepala menjadi pening dan pikiran tak dapat dipergunakan dengan baik lagi, membuat mereka menjadi bingung dan tak tahu harus berbuat apa.

"Siancai.... siancai....!"

Seruan ini keluar dari mulut Thian Seng Cinjin, seruan yang halus dan tahu-tahu tubuh kakek ini sudah melayang dekat, kemudian dia menggerakkan kedua tangan setelah menancapkan tongkat di atas tanah. Dengan kedua tangannya dia memegang kedua pangkal lengan Keng Hong, lalu merenggut dan menghentak keras.

Keng Hong merasa betapa sebuah tenaga raksasa menariknya dan tenaga ini yang jauh lebih kuat daripada tenaga kelima tosu yang membocor ke dalam tubuhnya, telah menghentikan hubungan atau aliran hawa sakti itu, melepaskan kedua lengannya dan tahu-tahu tubuhnya terlempar sampai sepuluh meter lebih jauh sampai bergulingan.

Keng Hong meloncat bangun, loncatannya amat ringannya dan dia berteriak kaget karena tubuhnya itu mencelat jauh lebih tinggi daripada yang dikehendakinya. Tubuhnya terasa seperti penuh dengan hawa yang membuatnya ringan sekali, akan tetapi juga berat di sebelah dalam. Hawa yang memenuhi tubuhnya minta keluar, membuat mulutnya menghembuskan suara mendesis seperti orang yang mulutnya kepedasan!

"Aaahhhh... minggir..... aaahhhhh.... minggir semua.....!" pekiknya dengan suara menggereng seperti seekor harimau, kemudian tubuhnya sudah melesat ke depan, menuju ke arah pohon-pohon besar.

Para tosu yang menyaksikan keadaannya ini menjadi kaget, heran dan juga gentar sehingga otomatis mereka itu minggir dan menjauhkan diri. Keng Hong yang hanya merasa bahwa dia harus menyalurkan semua hawa sakti yang memenuhi tubuhnya, harus mengeluarkan tenaga yang membuat dadanya dan kepalanya seperti akan meledak, terus saja menggunakan kedua kaki tangannya untuk menghajar pohon-pohon yang tumbuh di depannya.

Ia memukul, menendang dan mendorong. Dengan ngawur saja dia lalu mainkan keseluruhan delapan jurus dari ilmu silat San-in-kun-hoat dan setelah selesai, dan terdengar suara-suara hebat "dessss, kraaak-kraaaaak.... bruuuuk!" berkali-kali maka dia telah merobohkan delapan belas batang pohon besar yang menjadi tumbang, batangnya remuk dan kini malang melintang seperti diamuk topan!

Setelah mengeluarkan sebagian hawa sinkang yang mendesak-desak di tubuhnya itu melalui pukulan-pukulan dan tendangan-tendangan yang merobohkan belasan batang pohon, barulah Keng Hong merasa tubuhnya tidak tersiksa lagi, dadanya dan kepalanya tidak seperti mau meledak, napasnya tidak sesak dan dia seperti baru timbul dari keadaan seorang yang hampir tenggelam ke dalam air yang amat dalam tanpa dapat berenang!

Ia kini menggoyang-goyang kepalanya mengusir sisa kepeningan lalu memandang ke depan. Ia melihat betapa Kiang Tojin dan empat orang sutenya telah duduk bersila mengatur pernapasan dan mengumpulkan tenaga dengan wajah pucat. Teringatlah dia akan semua peristiwa akibat gara-garanya, maka cepat dia menghampiri Kiang Tojin dan menjatuhkan diri berlutut sambil mengangguk-anggukkan kepala penuh penyesalan.

"Saya mohon ampun dari Totiang sekalian...!" Suaranya pilu dan tak terasa lagi pemuda ini menangis sesenggukan!

"Siancai...., engkau bocah telah mewarisi ilmu iblis Sin-jiu Kiam-ong, masih baik tidak mewarisi wataknya yang ugal-ugalan. Hatimu masih bersih....!"

Thian Seng Cinjin memuji sambil mengelus jenggotnya yang putih. Tosu tua ini maklum bahwa kalau hati anak muda itu mengandung kekejaman, dia akan kehilangan beberapa orang murid. Tentu malapetaka besar akan timbul kalau saja pemuda itu menyalurkan hawa sinkang yang hebat itu bukan kepada pohon-pohon, melainkan kepada manusia.

Kiang Tojin membuka matanya, mulutnya tersenyum sabar namun pandang matanya penuh kengerian dan juga kekaguman.

**** 011 ****





Tidak ada komentar: